BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Apa yang kaukhawatirkan itu? Katakanlah agar aku tidak meragukan kebersihanmu!”
“Yang kukhawatirkan tadi…. eh, anu…., aku diam-diam berdoa kepada Tuhan agar engkau tidak melakukan hal yang bukan-bukan di bawah sini selagi aku berada di atas pohon.
Karena kalau engkau melakukannya, aku benar-benar akan celaka!” “Eh, jangan bicara seperti teka-teki. Katakan, hal yang bukan-bukan itu apakah? Perbuatan apa yang kau khawatir aku lakukan?”
“…. hem…. misalnya…. eh, kau merasa kakimu lelah dan membuka…. sepatu…. atau…. eh, berganti pakaian…. maaf….”
Tiba-tiba Siauw Bwee menahan ketawanya dan mukanya juga menjadi merah sekali. Memang tidak ada air di situ.
Kalau ada, tentu dia akan mandi dan berganti pakaian dan memikir hal ini…. bertelanjang bulat di situ, di bawah pandang mata pemuda ini, ia merasa bulu tengkuknya berdiri!
Akan tetapi dia masih penasaran dan bertanya, “Andaikata benar demikian, mengapa kau khawatir dan kaukatakan akan celaka?”
“Tentu saja, Nona. Kalau terjadi hal itu, tentu dalam pandanganmu aku akan lebih kurang ajar lagi.” Siauw Bwee tersenyum dan memandang dengan mata bersinar.
“Sungguh lega hatiku sambitanku tadi tidak mencelakakan engkau. Ternyata engkau bukan musuh, dan engkau seorang yang amat sopan dan jujur. Siapakah engkau?”
Pemuda itu menjura dengan hormat, wajahnya berseri karena dia senang sekali bahwa Nona yang dikaguminya itu tidak marah.
“Saya she Yu ber nama Goan, seorang perantau yang kemalaman di sini maka bermalam di atas pohon. Dan Nona….”
“Eh, apakah engkau tadi melihat benda-benda mencorong yang aneh itu?” Siauw Bwee memotongnya.
“Aku melihatnya, dan aku kagum sekali menyaksikan gerakan Nona yang amat cepat.” “Hemm, kalau gerakanmu demikian cepat tentu akan dapat menangkap mereka. Tahukah engkau, apakah benda-benda itu tadi?”
“Aku pun tidak tahu, Nona. Melihat jaraknya, seperti sepasang mata, akan tetapi kalau sampai Nona yang demikian cepat gerakannya tidak dapat menangkap mereka, aku bukan seorang yang percaya akan tahyul.
Hanya…. kiranya tak mungkin manusia memiliki mata seperti itu. Aihh, sampai sekarang pun aku masih merasa ngeri dan merasa seolah-olah saat ini banyak pasang mata yang memandang dan mengintai kita.”
Siauw Bwee bergidik, hatinya ngeri, akan tetapi juga agak lega dan girang bahwa dia mendapatkan seorang kawan dalam hutan yang menyeramkan ini.
Tanpa disengaja, matanya melirik ke bawah dan memperhatikan kedua kaki pemuda itu. Pemuda yang tampan sekali dan sikapnya halus seperti itu jarang ia jumpai dan munculnya tidak wajar.
Jangan-jangan penjelmaan iblis dan siluman, siapa tahu? Tiba-tiba pemuda itu tertawa geli.
“Ampun, Nona. Harap jangan menyangka bahwa aku ini siluman! Sungguh mati, aku manusia biasa!” Wajah Siauw Bwee menjadi merah dan ia pun tersenyum.
“Bagaimana kau bisa tahu bahwa aku menyangka engkau siluman?” “Nona memandang ke arah kakiku untuk melihat apakah kedua kakiku …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader