BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kalian sudah mengantar keponakanku ke sini!”Diam-diam Maya kagum sekali atas kecepatan jalan pikiran panglima itu.
Setelah tiga orang perajurit yang kegirangan tadi menerima hadiah dan pergi, Maya lalu bangkit berdiri dan menghampiri panglima itu sambil bertanya, “Engkau tentu Khu-ciangkun, bukan
“Anak baik engkau siapakah dan apa artinya kata-katamu tadi? Duduklah. Aku memang benar Khu-ciangkun.” Perwira itu memegang tangan Maya dan menariknya duduk di atas bangku di dekatnya sambil memandang wajah jelita itu penuh selidik. Bukan anak sembarangan, pikirnya.
“Ketahuilah, kalau engkau seorang Panglima Yucen benar-benar, aku tidak akan sudi menolongmu malah lebih senang melihat engkau mampus!
Akan tetapi karena engkau panglima palsu dan tentu engkau memusuhi Yucen, aku bersedia menolongmu.”
Terbelalak mata panglima itu. “Apa maksudmu?” Ia berbisik dan menoleh keluar kemah. “Bicara perlahan.”
Maya juga cerdik dan tahu bahwa percakapan mereka ini sama sekali tidak boleh didengar orang lain, maka ia lalu berkata.
“Aku adalah Puteri Maya puteri Raja dan Ratu Khitan yang sudah hancur oleh bangsa Yucen! Dan engkau adalah panglima palsu, utusanmu orang bertopi lebar yang membawa sampul kuning itu telah terbunuh.
Kepalanya dan sampul suratnya dibawa oleh seorang yang bernama Siangkoan Lee. Kau akan dilaporkan….“
“Cepat! Kita harus pergi dari sini, sekarang juga!” Panglima itu dengan gerakan cepat dan kuat telah menyambar tubuh Maya dan dipondongnya. “Engkau pergilah, aku…. biar aku lari sendiri!”
“Tidak, Paduka. harus saya selamatkan! Harus!” Panglima itu berkata dengan hati penuh keharuan dan ketegangan. Sungguh mimpi pun tidak dia akan bertemu dengan puteri Raja Khitan seperti itu!
Raja Khitan adalah adik tiri gurunya, jadi anak perempuan ini adalah keponakan gurunya sendiri yang harus dia selamatkan!
Rahasianya sudah diketahui orang, entah secara bagaimana karena dia tidak mengenal siapa yang bernama Siangkoan Lee itu.
Akan tetapi, lebih hebat lagi kalau mereka tahu bahwa anak perempuan ini adalah puteri Kerajaan Khitan! Tentu akan celaka sekali.
Pada saat itu, tiba-tiba terdengar bunyi terompet tanduk ditiup gencar. Mendengar ini, wajah panglima itu berubah.
“Terlambat….! Paduka…. jangan mengaku sebagai Puteri Khitan, tetap mengaku keponakan…. keponakan seorang wanita Khitan yang kuambil selir. Mengerti?”
Maya membelalakkan mata akan tetapi mengangguk-angguk. Diam-diam ia kagum dan berterima kasih. Keputusan hatinya untuk menolong panglima ini ternyata tidak sia-sia!
Panglima ini seorang yang gagah perkasa, yang dalam saat berbahaya itu lebih mementingkan keselamatannya daripada keselamatan sendiri!
Dengan langkah tenang sambil menggandeng tangan Maya, Panglima Khu berjalan keluar dan menuju ke perkemahan besar di mana semua panglima sudah hadir menghadap Raja Yucen.
Karena bunyi terompet tanduk tadi adalah tanda panggilan mendadak oleh Raja kepada pangeran, panglima dan perwira.
Dengan sudut matanya Khu-ciangkun melihat betapa tempat itu sudah dikurung oleh pasukan besar yang siap dengan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader