BEBASBARU.ID, NASIONAL – Gempa bumi yang kini melanda Jawa Barat dalam satu minggu ini membuat ketakutan akan terjadinya megathrust bukan hoak lagi.
Walaupun skalanya masih tak begitu mengancam, namun ancaman megathrust atau istilah untuk menyebut zona subduksi yang merupakan tempat pertemuan dua lempeng tektonik.
Di mana salah satu lempeng bergerak ke bawah lempeng lainnya.
Pergerakan ini menciptakan tekanan yang dapat memicu gempa bumi besar, bahkan tsunami, jika tekanan tersebut dilepaskan secara tiba-tiba.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan bahwa gempa megathrust yang besar bisa terjadi kapan saja di Indonesia.
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan kekhawatiran terkait Seismic Gap Megathrust di Selat Sunda dengan potensi M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi M 8.9.
Hal ini disebabkan karena zona sumber gempa tersebut memiliki potensi besar, namun belum mengalami gempa besar selama ratusan tahun.
“Gempa di kedua segmen megathrust ini bisa dibilang ‘tinggal menunggu waktu,’ karena sudah ratusan tahun wilayah tersebut belum mengalami gempa besar,” ucap Daryono.
Megathrust adalah zona di mana lempeng tektonik bertemu, yang memiliki potensi besar untuk memicu gempa kuat dan tsunami.
Jenis gempa ini dikenal sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan besar dalam waktu singkat.
Kini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengimbau agar masyarakat menyiagakan surat-surat penting hingga uang tunai mempersiapkan terjadi gempa megathrust segmen Selat Sunda.
Dikutip BEBASBARU.ID dari CNNIndonesia, Jumat (20/09/2024), Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan menyarankan agar surat-surat tersebut disimpan di sebuah tas bencana.
Selain itu, warga Jakarta juga bisa membuat salinan di handphone.
“Jadi ketika ada bencana mengancam itu hal-hal dasar yang harus ada di situ pakaian, obat-obatan, surat-surat penting, kemudian tentunya uang tunai,” kata Yohan kepada wartawan, Kamis (19/9).
Yohan pun menyoroti bencana banjir di Cina beberapa waktu lalu. Saat itu warga Cina hanya mengandalkan pembayaran via transfer.
Mereka tak menyiapkan uang tunai untuk membeli kebutuhan dasar. Sementara listrik mati dan tak ada sinyal, sehingga mereka terisolir.
“Jadi cash itu tetap harus ada disiapin di luar kebiasaan kita sekarang,” ujarnya.
Yohan menyebut Jakarta rentan terkena dampak sekunder dari gempa besar yang dihasilkan oleh zona megathrust, meski pusat gempa dari zona megathrust itu terletak di sepanjang pantai barat Sumatra dan selatan Jawa.
Ia mengatakan Jakarta tidak berada tepat di atas zona megathrust, tetapi guncangan dari gempa besar di zona ini masih bisa terasa.
Apalagi, sambungnya, karena posisi Jakarta yang relatif dekat dengan patahan selatan Jawa.***