BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dan orang laki-laki sibuk mengumpulkan senjata untuk melindungi keluarga, menutupi pintu dan jendela kuat-kuat.
Gegerlah seluruh kota Sian-yang. Siauw Bwee dan Coa Leng Bu menyelinap di antara rumah-rumah penduduk mendekati benteng, hendak menyaksikan apa yang sesungguhnya terjadi.
Mereka berhasil naik sebuah pohon besar yang tinggi di dekat benteng dan dari tempat yang terlindung daun-daun lebat ini mereka mengintai ke atas benteng dan keluar benteng.
Kiranya dari jauh tampak barisan besar yang terpecah menjadi pasukan-pasukan yang bergerak mengepung kota Sian-yang!
Setiap pasukan mempunyai bendera dan mereka itu dipelopori oleh pasukan berkuda yang gagah. Paling depan tampak beberapa orang perajurit berkuda membawa bendera-bendera.
Mengiringkan beberapa orang pangllma Mancu yang juga menunggang kuda. Dari tempat sembunyinya, Siauw Bwee dan Coa Leng Bu melihat bahwa di antara para Panglima Mancu itu terdapat seorang panglima wanita.
Jantung Siauw Bwae berdebar aneh. Dia menduga-duga dengan penuh keheranan siapa adanya panglima wanita Mancu yang demikian gagah itu.
Yang duduk di atas kuda dengan tegak dan majukan kudanya paling depan mendekati benteng, menuju ke atas pintu gerbang di mana berdiri Koksu dan para panglimanya.
Jaraknya terlalu jauh sehingga dia tidak dapat mengenal wajah panglima wanita itu, hanya melihat rambutnya dikuncir panjang hitam melambal-lambai tertiup angin.
Pakaian para panglima itu gemerlapan ditimpa sinar matahari pagi, dan senjata-senjata tajam yang dipegang oleh anak buah pasukan itu menyilaukan mata.
Dari tempat sembunyinya yang jauh itu Siauw Bwee dan Coa Leng Bu menyaksikan perang yang dimulai dengan tantangan pihak Mancu yang diajukan dengan bunyi terompet dan tambur.
Dan disusul majunya seorang panglima berkuda yang bertubuh tinggi besar dan dengan suara seperti geledek menyambar panglima itu memberi aba-aba kepada pasukannya.
Yang bergerak maju pula, sebanyak kurang leblh seribu orang pasukan berkuda dan bergolok panjang dikempit dengan lengan kanan.
Melihat ini, Koksu lalu memerintahkan seorang panglimanya untuk menyambut musuh membawa pasukannya.
Panglima ini masih muda, bertubuh tinggi kurus dan mukanya kuning pucat, namun sepasang matanya tajam dan gerak-geriknya tangkas.
Suaranya kecil namun melengking nyaring ketika dari atas benteng itu dia mengeluarkan aba-aba kepada perwira-perwira pembantunya ke bawah.
Pasukannya disiapkan, juga berjumlah seribu orang pasukan berkuda, pintu gerbang dibuka, jembatan gantung diturunkan dan pasukan keluar dari dalam benteng.
Panglima muka kuning itu memberi perintah kepada pembantunya. Kudanya yang berbulu hitam disiapkan di luar benteng.
Dan dengan gerakan lincah sekali panglima muka kuning itu melayang turun dari atas benteng! “Wah, hebat juga gin-kangnya….!”
Coa Leng Bu memuji kagum menyaksikan panglima itu melayang turun dan tubuhnya tepat tiba di atas kuda hitamnya di luar benteng!
Seorang pembantunya menyerahkan sebuah tombak panjang dan panglima ini lalu membedal kuda ke depan barisannya dengan sikap gagah.
Memang perbuatannya meloncat dari atas tembok benteng itu bukan semata-mata untuk berlagak, melainkan …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader