BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kini sorak-sorai yang terdengar menjadi kacau-balau. Ada yang bergembira karena mendapat raja baru yang mereka juga sayang, ada yang kecewa karena ratu yang mereka cinta mengundurkan diri.
Ratu Yalina yang tidak ingin memperlihatkan keharuan hati dan menangis di depan rakyatnya, segera mengajak mundur suami dan dua puteranya. Ia tadi tidak menyebutkan bahwa Talibu dan Kwi Lan adalah saudara kembar, karena hal ini akan mendatangkan keributan.
Menurut tradisi dan kepercayaan turun-temurun, saudara kembar laki wanita harus dljodohkan. Dan ia mengerti bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan, dan bahwa selain Suling Emas juga kedua orang anak itu sendiri tidak akan melakukannya.
Mereka kembali mundur dan duduk di tempat masing-masing. Panglima Kayabu kini maju ke muka dan dengan lantang mengumumkan pertalian jodoh antara puterinya.
Puteri Mimi dengan Pangeran Talibu, yang akan dirayakan bersamaan dengan pengangkatan Talibu menjadi Raja Khitan. Kembali rakyat bersyukur dan bersorak gembira. Puteri Mimi yang tadinya tersenyum-senyum, mendengar pengumuman itu.
Menundukkan muka dengan pipi merah dan mata basah sehingga ia digoda oleh Kwi Lan yang duduk di dekatnya. “Kakak ipar yang baik, mengapa menangis?” kata Kwi Lan menggoda.
Mimi melirik, menggigit bibir dan mencubit lengan Kwl Lan. Akan tetapi mereka segera berangkulan dan keduanya menangis!
Pada detik itu, habislah sudah rasa tidak enak di hati masing-masing, terganti kasih sayang antara saudara yang mesra.
Dan dimulailah pesta itu. Musik dimainkan makin gencar. Pertunjukan pun dimulai, yaitu demonstrasi pasukan Khitan, ketangkasan naik kuda, memanah, dan lain-lain.
Pihak tamu bergiliran datang menghampiri tempat kehormatan ratu untuk memberi selamat yang dibalas oleh Ratu Yalina dan Suling Emas sebagaimana mestinya.
Setelah para tamu yang memberi selamat habis, tampak seorang pemuda yang tersenyum lebar, matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan, keluar dari rombongan tamu menghampiri tempat kehormatan itu bersama seorang wanita setengah tua dan seorang kakek cebol berkepala besar.
“Bibi Bi Li….!” Kwi Lan bangkit dan lari menubruk wanita itu, yang ditariknya menghadap ibunya. “Ibu, inilah dia Bibi Bi Li yang merawatku sejak kecil.”
Nyonya itu memang Phang Bi Li dan kini ia menjatuhkan diri berlutut depan Ratu Yalina. Oleh Yalina ia ditarik bangkit dan dipersilakan duduk di dekatnya.
Dengan terharu dan halus Ratu Yalina berkata. “Kakak yang baik. Karena engkau mewakili aku menjadi ibu perawat anakku sejak kecil, kau adalah keluarga sendiri. Duduklah di sini.”
Mereka lalu bercakap-cakap dan betapapun juga, nyonya itu kelihatan sungkan dan malu-malu karena duduk di lingkungan keluarga besar.
“Hauw Lam, kau Berandal!” Pangeran Talibu dan Kiang Liong menegur sambil tertawa dan menyambut pemuda itu. Akan tetapi Hauw Lam lebih dulu memberi hormat kepada Ratu Yalina dengan berlutut…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader