BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tetap hening, semua telinga ditujukan kepadanya. “Kalian semua tentu sudah tahu bahwa sebelum menjadi Ratu Khitan, saya tinggal di selatan.
Dan supaya kalian ketahui bahwa sesungguhnya yang membuat sampai kini ratu kalian tidak menikah adalah karena di selatan saya pernah bersuami, dan suami saya adalah dia ini….“
Ratu Yalina mempersilakan Suling Emas berdiri. Pendekar ini tersenyum, kagum menyaksikan keberanian kekasihnya mengumumkan rahasia itu, maka ia pun dengan tenang melangkah maju di sebelah Ratu Yalina.
Sejenak semua orang tercengang, agaknya heran, kaget dan bingung. Akan tetapi siapa orangnya di Khitan yang tak pernah mendengar akan Suling Emas?
Pendekar besar yang berkali-kali merupakan penolong bangsa Khitan. Maka meledaklah sorak-sorai, tangan melambai-lambai, topi dan pelbagai benda dilempar ke atas seperti ramainya orang menonton pertandingan sepak bola!
“Hidup Suling Emas, suami Ratu Khitan….!” Demikian teriakan-teriakan terdengar yang makin lama makin menggema.
Suling Emas dan Ratu Yalina saling pandang. Dua titik air mata membasahi pelupuk mata Ratu itu. Hal yang paling gawat telah diucapkan dan hasilnya jauh lebih melegakan hati daripada yang mereka khawatirkan.
Ratu Yalina mengangkat dengan kembali dan rakyat pun diam. Keadaan kembali hening. “Kami mengaku telah melakukan kesalahan bahwa hal ini dahulu kami rahasiakan. Akan tetapi hari ini akan kami umumkan semua rahasia.
Pernikahan kami sebetulnya telah dikurniai dua orang anak, yang pertama sejak kecil diam-diam kami serahkan kepada Panglima Kayabu untuk dirawat, dan yang kemudian kami angkat menjadi putera, yaitu Pangeran Talibu! Dia adalah putera kandung kami!”
Talibu yang sudah diberi tahu segera bangkit berdiri, tegak dan gagah di sebelah kiri ibunya, tersenyum memandang ke bawah, ke arah rakyatnya yang akan dipimpinnya, rakyat yang dicintanya.
Kembali meledak sorak-sorai, kini lebih gemuruh karena rakyat amat bersukacita mendengar bahwa ternyata Pangeran Mahkota itu bukan putera angkat ratu, melainkan putera kandung.
Untuk sejenak Ratu Yalina membiarkan rakyatnya bersorak-sorai, kemudian ia mengisyaratkan mereka diam.
“Adapun putera kami yang ke dua adalah seorang wanita dan yang kini sudah berkumpul pula di samping kami, bernama Kam Kwi Lan dan yang terkenal dengan julukan Mutiara Hitam….!”
Kwi Lan meloncat dan berdiri disamping ayahnya. Rakyat kembali bersorak-sorai, penuh kekaguman dan kebanggaan, terdengar teriakan-teriakan
“Hidup Sang Puteri Mutiara Hitam….!” Kwi Lan mengerling ke arah kakaknya, Pangeran Talibu tersenyum kepadanya dan matanya menjadi basah. Ia merasa seperti dalam mimpi, disebut puteri! “Selesailah tugas kami membuka rahasia ini.
Hati kami menjadi lapang karena telah membuka rahasia dengan pengumuman resmi sehingga rakyat dan semua tamu dari pelbagai kerajaan mendengar akan keadaan kami. Betapapun juga, aku merasa bersalah telah menyimpan rahasia ini dari rakyat sampai bertahun-tahun.
Oleh karena inilah, mengingat bahwa usiaku pun makin bertambah, hari ini pula aku mengundurkan diri dari singgasana dan mahkota kerajaan kuserahkan kepada Pangeran Mahkota Talibu!”….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader