BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Sudah kuperintahkan semua panglimaku untuk pergi mencari, menyelidiki, namun hasilnya sia-sia belaka, kini kau datang….
Anakku, kenapa kau bersikap begini….? Aku ibumu, ibu yang melahirkanmu, aku…. betapa rinduku…. ah, Anakku….“
Melihat wanita itu menangis terisak-isak, Kwi Lan menjadi terharu. Akan tetapi ia masih marah dan dua macam perasaan ini mengaduk hatinya.
Membuat ia lemas dan akhirnya ia menjatuhkan diri di bangku lalu menangis tersedu-sedu, menutupi muka dengan kedua tangan. Air matanya mengalir keluar melalui celah-celah, jarinya.
Ratu Yalina bangkit berdiri, menghampiri anaknya. Ia tahu bahwa anak ini memiliki watak aneh dan keras sekali, tidak kalah oleh wataknya dahulu ketika muda.
Betapapun inginnya ia memeluk, ia menahan hati dan ingin memecahkan persoalan yang mengganggu hati puterinya lebih dahulu.
“Ada apakah, Anakku? Engkau agaknya bingung dan marah. Ada apakah?”
“Ibu…. Ibu terlalu! Sudah menyia-nyiakan hidupku sehingga terpaksa aku hidup seperti setan bertahun-tahun lamanya di istana bawah tanah.”
Kini setelah aku dewasa, tanpa bertanya-tanya Ibu…. menjodohkan aku dengan iblis jahanam macam Suma Kiat! Begini bencikah Ibu kepadaku?”
Ratu Yalina mau tak mau tersenyum geli di balik keharuannya. Ia memegang pundak Kwi Lan, dengan halus berkata.
“Tidak, Anakku. Aku sama sekali tidak memutuskan tentang perjodohanmu. Memang Suma Kiat bilang bahwa mendiang ibunya berpesan begitu.
Akan tetapi aku tidak akan mengambil keputusan mengenai perjodohanmu dengan siapapun juga. Tentang perjodohan kuserahkan kepadamu, kalau kau tidak cocok dengan siapa pun Ibumu takkan melarang….”
Timbul harapan di hati Kwi Lan, akan tetapi karena malu, ia masih menutupi mukanya ketika berkata, “Aku tidak mau menikah dengan siapapun juga di dunia ini kecuali dengan Pangeran Talibu!”
Kalau ada halilintar menyambar kepalanya di saat itu, kiranya Ratu Yalina tidak akan sekaget ketika mendengar ucapan ini.
Ia terhuyung ke belakang, tangan kanan meraba dada yang seakan-akan berhenti berdetik, kepalanya pening.
Pada saat itu, dari pintu menerobos masuk Pangeran Talibu. Melihat keadaan ibunya yang pucat terbelalak seperti hampir roboh dan Kwi Lan yang duduk menangis menutupi muka, ia berseru memanggil, “Ibu….!” Dan melompat menghampiri.
Kehadiran Pangeran ini mendatangkan tenaga baru bagi Ratu Yalina. Ia cepat memegang tangan Pangeran Talibu seperti mencari bantuan tenaga, kemudian berkata, suaranya menggigil.
“Talibu…. dia…. dia cinta padamu…. dia…. ingin menikah denganmu…. oohh, Anakku….!” Kini Ratu Yalina tak dapat menahan kehancuran hatinya lagi.
Ia menubruk dan memeluk leher Kwi Lan, menciumi muka gadis itu sehingga muka Kwi Lan yang sudah basah oleh air matanya sendiri kini makin basah oleh air mata ibunya.
“Kwi Lan…. Anakku…. aduhhh, kasihan sekali kau…. ketahuilah, Anakku…. dahulu kau terlahir kembar…. engkau terlahir tak lama setelah kakakmu terlahir.
Kemudian engkau diculik Enci Sian Eng…. dan…. dan kakakmu…. kakak kembarmu…. dia Pangeran Talibu….”….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader