BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Saja ia sudah sampai di ruangan tengah. Pengawal dalam sebanyak tiga orang cepat menghadang dan hendak menangkapnya.
Akan tetapi dengan gerakan yang luar biasa cepatnya Kwi Lan sudah menangkap seorang di antara mereka, mengerahkan lwee-kang membuat tubuh pengawal itu terangkat dan diputar ke arah dua yang lain.
Mereka bertiga roboh bergulingan dan gadis ini menyelinap masuk terus. “Tangkap penjahat….!” para pengawal berseru dan sebentar saja Kwi Lan terkurung belasan pengawal yang mencabut senjata.
“Boleh tangkap aku kalau mampu! Aku Mutiara Hitam hendak bertemu dengan Ratu Khitan, siapa pun kalau menghalangi akan mampus di ujung pedangku!”
Ia sudah mencabut pedang dan siap mengamuk. Pada saat itu terdengar bentakan halus dan semua pengawal lalu mundur dengan wajah terheran.
Kwi Lan mengangkat muka dan memandang wanita yang berjalan dengan langkah ringan menghampirinya. Wanita setengah tua yang cantik jelita berpakaian indah.
Mereka saling pandang, seperti terkena pesona, keduanya menduga, menaksir, menyelidiki. “Engkau Mutiara Hitam….?”
“Engkau Ratu Khitan….?” Pertanyaan mereka hampir berbareng terucapkan. Ratu Yalina terhuyung maju, kedua dengan dikembangkan hendak memeluk, wajahnya pucat dan matanya penuh air mata.
Akan tetapi Kwi Lan dengan cemberut mengelak, pandang matanya penuh tantangan, penuh tuduhan, penuh penyesalan.
Menggigil bibir Ratu Yalina menahan tangis, menahan jerit hatinya, Kau…. kau…., telah belasan tahun menyiksa hatiku…. kau….“
Ia tak dapat melanjutkan, tubuhnya lemas, kakinya gemetar, air matanya bercucuran. Kwi Lan tetap cemberut. Kekecewaannya tentang Pangeran Talibu masih menyesak di dada.
“Siapa yang menyakitkan hati? Siapa yang menyia-nyiakan anak? Siapa yang membuang anak begitu saja seperti orang membuang sampah?”
“Haaahhh….!” Ratu Yalina menahan jerit, hampir mencekik leher sendiri dengan tangannya, matanya terbelalak memandang gadis itu.
“Begitukah kiranya? Kau belum mengerti? Aduh, Kwi Lan…. Mutiara Hitam…. mari kita bicara….” Ia maju memegang tangan Kwi Lan untuk diajak masuk kamar.
Akan tetapi Kwi Lan merenggut lepas tangannya dan berjalan di belakang orang yang menjadi ibu kandungnya ini.
Ia kagum dan timbul rasa sayang dan haru, akan tetapi semua perasaan ini terbendung oleh kemarahannya. Selain menyia-nyiakannya, kini ibu ini masih menjodohkan dia dengan seorang gila macam Suma Kiat!
Sampai di dalam kamar Ratu Yalina yang gemetar kakinya itu duduk mempersilakan Kwi Lan duduk. Akan tetapi Kwi Lan tetap berdiri di depan Ratu, tidak mau duduk, siap mendengarkan.
“Kau anakku…. ah, betapa rinduku kepadamu. Akan tetapi baiklah kaudengarkan penuturanku agar kau tidak salah paham.
Ketika kau terlahir dan dibawa oleh perawat, kau diculik oleh Enci Sian Eng yang membunuh perawat itu.
Pada waktu itu tidak ada seorang pun tahu siapa penculiknya, tahu-tahu Si Perawat itu mati dan kau lenyap. Betapa sengsara hatiku, betapa selama belasan tahun hatiku tersiksa. ….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader