BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Wajah Suma Kiat berseri-seri, “Sudah lama aku tinggal di sini. Bibi Ratu menerimaku dan…. dan pesan mendiang ibu disetujui. Ya, adikku sayang.
Dengan perkenan Bibi Ratu, kita dijodohkan. Kau dan aku! Akhirnya kita berjodoh juga, Adikku dan aku akan menjadi pangeran mantu!”
Wajah Kwi Lan menjadi merah sekali, matanya menyorotkan kemarahan hebat. Jadi inikah sebabnya? Inikah sebabnya mengapa Pangeran Talibu menerimanya begitu dingin?
Pantas saja Pangeran Talibu mengajak dia bertemu dengan Ratu, kiranya ada urusan ini! Tentu Suma Kiat telah membujuk bibinya tentang perjodohan dan Ibunya….
Ah, ibunya yang sejak ia kecil menyia-nyiakan itu telah menyetujuinya. Tentu saja Pangeran Talibu sudah tahu akan hal ini dan memutuskan pertalian cinta.
“Keparat….!” Tubuhnya menerjang ke depan menyerang Suma Kiat. “Eh…. eh, Sumoi…. eh….!” Suma Kiat mengelak dan menangkis.
Namun Kwi Lan tidak main-main dan serangannya bertubi-tubi dan hebat. Akhirnya sebuah pukulan membuat Suma Kiat roboh.
Kwi Lan menubruknya dan menghujani pukulan. Kalau tidak ingat bahwa orang ini putera gurunya, tentu ia sudah mengirim pukulan maut.
Dia masih ingat ini dan pukulan-pukulannya hanya pukulan dengan tenaga luar saja yang membuat Suma Kiat mengaduh-aduh.
Mulut dan hidung pemuda itu mengucurkan darah, mukanya bengkak-bengkak dan kaki tangannya lumpuh karena ditotok.
Kwi Lan dengan hati sakit dan gemas bukan main terus memukul sampai Suma Kiat pingsan! Kemudian ia menyeret leher baju pemuda itu, terus menarik dan menyeretnya menuju ke pondok di mana tadi ia melihat Pangeran Talibu.
Pangeran Talibu dan Puteri Mimi sedang membicarakan Mutiara Hitam. Hati Pangeran itu gelisah sekali melihat sikap Mutiara Hitam.
Ia sudah menceritakan segalanya kepada Mimi dan gadis ini sampai menangis saking terharu kepada Kwi Lan yang nasibnya begitu buruk, dipermainkan keadaan.
Dia sendiri begitu bahagia, kehilangan kakak kandung mendapatkan tunangan. Cinta antara saudara berubah menjadi cinta asmara!
Pangeran Talibu mengajaknya menyusul Mutiara Hitam, karena menurut Mimi, tidak mengapalah kalau Pangeran itu sendiri menjelaskan duduknya perkara, membuka rahasia saudara kembar kepada Mutiara Hitam.
Akan tetapi, pada saat mereka hendak keluar dari pondok, tampak Mutiara Hitam datang menyeret tubuh Suma Kiat yang pingsan!
Pangeran dan puteri itu kaget sekali, memandang dengan mata terbelalak. Kwi Lan menyeret terus kemudian melempar tubuh Suma Kiat ke depan kaki Pangeran Talibu, suaranya dingin matanya berapi ketika ia berkata.
“Orang inikah yang hendak dijodohkan denganku? Aku tidak sudi! Aku bukan seorang yang begitu mudah berubah, bukan seorang yang tidak setia. Biar Ratu sendiri yang menentukan, tetap kutentang.
Sekarang juga hendak kusampaikan kepada Ratu Khitan!” Sebelum Pangeran Talibu sempat bicara, Mutiara Hitam sudah melompat pergi.
Dan lari meninggalkan tubuh Suma Kiat yang menggeletak pingsan dengan muka bengkak-bengkak dan hidung mulut berdarah.
Kwi Lan berlari terus memasuki Istana. Penjaga-penjaga tercengang dan hendak melarang akan tetapi gadis itu terlalu cepat sehingga sebentar ….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader