BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – kekhawatiran. “Akan tetapi, suhengku memiliki ilmu kepandaian yang hebat, bagaimana mungkin dia sampai terkena racun….?” Kakek itu menghela hapas.
“Boleh jadi dia lihai sekali. Menyakslkan sepak terjangnya ketika melawanmu, harus kuakui bahwa selama hidupku belum pernah aku melihat orang sehebat dia.
Akan tetapi dia masih muda, Lihiap, dan mungkin ilmu silat yang demikian tinggi cukup untuk melindungi diri daripada serangan yang kasar, namun untuk dapat melindungi dari tipu muslihat halus.
Benar-benar membutuhkan pengalaman. Sudahlah, kita akan menyelidikinya kelak, akan tetapi kita harus dapat keluar lebih dulu dari kota yang menjadi neraka ini.
Kemudian kita akan menyusulnya, tentu dia menyelamatkan rombongan Koksu keluar dari kota ini. Sekarang aku akan melakukan penyelidikan dan mencari jalan untuk keluar dari tembok kota.”
Siauw Bwee mengangguk dan supeknya itu lalu meninggalkan rumah tempat persembunyian mereka melalui jalan atas meloncat ke atas genteng.
Dan mulailah dia melakukan penyelidikan dan mencari jalan yang memungkinkan mereka dapat melarikan diri dengan selamat.
Malam itu Siauw Bwee tak dapat tidur, gelisah di atas pembaringannya. Dia sama sekali tidak mengkhawatirkan diri sendiri yang terkurung di dalam kota itu.
Akan tetapi dia bingung dan gelisah memikirkan Kam Han Ki, suhengnya. Memikirkan suhengnya yang dicintanya itu, selain gelisah, hatinya juga panas dan kemarahan membuat dia jengkel sekali.
Dia tahu bahwa suhengnya, seperti juga dia, adalah keturunan pendekar-pendekar yang berjiwa pahlawan, dan andaikata tidak terjadi hal-hal yang membuat mereka seolah-olah dimusuhi negara.
Dianggap orang-orang pelarian, tentu mereka akan menyumbangkan tenaga untuk kepentingan mereka. Suhengnya adalah keturunan keluarga Suling Emas.
Akan tetapi kini dianggap sebagai pengkhianat negara dan pemberontak, hanya karena peristiwa hubungan asmara yang tiada sangkut-pautnya dengan kepentingan negara.
Dan sekarang, tenaga suhengnya dipergunakan oleh negara secara pengecut dan keji! Marahlah hati dara ini dan andaikata saat itu ia berhadapan dengan Bu-koksu, tentu akan diserangnya pembesar tinggi itu.
“Eiiggghhhh….! Toloooongggg….!” Jeritan suara wanita itu terhenti tiba-tiba seolah-olah mulut yang berteriak itu didekap.
Siauw Bwee tersentak kaget, mencelat turun dari pembaringannya karena jeritan itu terdengar dekat sekali, dari sebelah depan rumah.
Tanpa membuang waktu lagi dia meloncat keluar kamar dan lari ke depan. Dapat dibayangkan betapa marahnya ketika ia melihat tiga orang serdadu Mancu.
Sambil tertawa-tawa membacoki keluarga tuan rumah yang semua sudah menggeletak tewas di atas lantai, termasuk nyonya bangsawan yang ditolongnya.
“Iblis….!” Ia membentak dan menerjang maju. Tiga orang serdadu itu terbelalak, kagum memandang dara yang muncul ini.
Betapa cantik jelitanya! Akan tetapi, bagaikan seekor burung menyambar, tubuh Siauw Bwee sudah mencelat ke depan.
Kaki kirinya bergerak, tangan kanannya meraih dan tubuh serdadu yang memegang pedang terpental, pedangnya terampas oleh dara perkasa itu.
Sebelum mereka bertiga dapat bergerak, pedang di tangan Siauw Bwee telah menyambar seperti kilat dan mereka itu roboh dengan tubuh terbabat putus menjadi dua! …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader