BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Dari bawah sinar lampu, Siauw Bwee melihat bahwa seluruh keluarga telah tewas, kecuali gadis cantik puteri nyonya bangsawan.
Mengertilah dia bahwa dara itu tadi yang menjerit, tentu dilarikan serdadu. Dia terus mengejar ke depan dan memasuki sebuah warung kosong di mana ia mendengar suara serdadu tertawa.
Dengan pedang di tangan kanan, ia menerjang masuk melalui pintu dan apa yang dilihatnya membuat Siauw Bwee seperti hendak meledak dadanya.
Matanya mendelik penuh amarah! Dua orang serdadu sedang memaksa gadis puteri bangsawan itu di atas meja.
Baju atas gadis itu telah terbuka sama sekali dan sekarang, sambil tertawa-tawa, seorang serdadu hendak merenggut lepas pakaian bawah, sedangkan serdadu ke dua sambil memegang lengan gadis itu.
Menampari mulut gadis disuruh diam! “Anjing busuk!” Siauw Bwee memaki, pedangnya berkelebat.
“Singgg….! Crotttt!” Punggung serdadu yang hendak menelanjangi gadis itu terbelah dari atas ke bawah.
Dia tidak sempat berteriak, hanya matanya saja yang memandang heran, lalu ia roboh mandi darahnya sendiri.
Serdadu ke dua terkejut, mencabut pedangnya, namun kembali sinar kilat berkelebat dan serdadu itu pun roboh dengan leher putus!
Tiba-tiba dari luar warung itu datang belasan orang serdadu berlari-lari. Mereka adalah pasukan-pasukan yang menjaga daerah ini dan tadi mereka melihat mayat kawan mereka di dalam rumah obat.
Lalu mereka mendengar keributan di warung itu. Melihat munculnya dua belas orang serdadu ini, Siauw Bwee yang sudah marah sekali cepat menyambar dengan terjangan pedang rampasannya.
Gerakan pedang di tangan Siauw Bwee seperti kilat menyam bar-nyambar. Terdengar suara nyaring berturut-turut, pedang dan golok beterbangan disusul robohnya enam orang serdadu Mancu!
Yang lain-lain menjadi terkejut dan marah, mereka berteriak-teriak dan Siauw Bwee terus menerjang maju.
Dalam sekejap mata merobohkan dua orang serdadu lagi sehingga dengan mudah ia meloncat keluar.
Akan tetapi, di luar warung telah berkumpul puluhan orang tentara Mancu yang dipimpin oleh empat orang perwira Mancu yang lihai.
Begitu perwira Mancu ini menggerakkan senjata mereka, tahulah Siauw Bwee bahwa empat orang ini lihai, maka dia pun cepat menggerakkan senjatanya yang berkelebat seperti sinar kilat.
Membuat keempat orang itu cepat-cepat menangkis dan mengelak kaget. Mereka segera mengurung dan memberi aba-aba kepada anak buah mereka.
Siauw Bwee dikeroyok dan dikurung ketat, namun dara ini yang sudah marah sekali mengamuk terus, lupa bahwa dia telah mengamuk di kandang harimau.
Dan akan menghadapi bala tentara musuh yang jumlahnya ribuan orang! Sepak terjang Siauw Bwee menggiriskan hati pasukan Mancu dan dalam pertandingan mati-matian itu kembali.
Siauw Bwee telah merobohkan belasan orang. Hanya empat orang perwira itu saja yang masih dapat bertahan.
Dibantu oleh anak buah mereka yang mengurung dari jarak jauh dan dengan sikap jerih. Betapapun juga, dikeroyok oleh empat orang perwira Mancu yang dibantu oleh pasukan.
Yang kini makin banyak karena bala bantuan datang, Siauw Bwee menjadi lelah dan dia maklum bahwa sukarlah baginya untuk dapat keluar dari kepungan itu.
“Aku akan mengadu nyawa dengan kalian anjing-anjing Mancu!” bentaknya tak gentar dikeroyok. …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader