BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Bahkan mengajarkan anak buahnya untuk memasuki kegelapan! Im-yang Seng-cu mulai dengarkan riwayat kuil ini.
“Betapa mungkin kita dapat mengalahkan musuh tanpa menyelidiki keadaan musuh itu sendiri, tanpa mengetahui kekuatan-kekuatannya dan kelemahan-kelemahannya?
Dan untuk dapat mengetahui keadaan musuh melalui penyelidikan, kita harus terjun ke dalamnya! Kita lahir dari kegelapan.
Setelah kita sadar dan mendapat sinar terang untuk melawan kegelapan itu sendiri, kita harus benar-benar memahami apakah itu kegelapan, apakah itu kejahatan, apakah itu kekuasaan nafsu.
Untuk menyelidiki kekuasaan nafsu, jalan satu-satunya hanyalah menuruti dorongan itu sendiri! Setelah kita mengenal betul sifat-sifat nafsu dalam diri kita, tidak akan sukar lagi untuk menundukkannya!”
Demikianlah bujukan dan pelajaran yang disebar oleh Hoat Bhok Lama, dan sudah lajimnya manusia yang lemah lebih suka menganut sesuatu yang menyenangkan hati dan badan.
Daripada menganut pelajaran yang sukar dan tidak menyenangkan hati dan badan. Mengekang nafsu merupakan hal yang sukar dan tidak mendatangkan nikmat kepada tubuh.
Sebaliknya mengumbar nafsu mendatangkan nikmat jasmani. Tentu saja pelajaran macam itu segera mendapat minat yang besar sekali dari para bekas anggauta Beng-kauw.
Sehingga banyak di antara mereka yang tunduk dan mengakui Hoat Bhok Lama sebagai seorang ketua baru yang jauh lebih “bijaksana” daripada para bekas pengurus lama.
Apalagi di samping itu sudah menjadi kenyataan bahwa Hoat Bhok Lama memiliki kepandaian yang amat tinggi.
Sehingga mereka makin tertarik untuk dapat mempelajari ilmu-ilmu tinggi dari pendeta Lama itu. Im-yang Seng-cu mengangguk-angguk mendengar penuturan itu dan diam-diam ia menarik napas panjang.
Dia masih belum tua namun sudah banyak sekali mengalami hal-hal aneh di dunia ini yang membuat pandangannya cukup luas.
Di mana-mana ia melihat kegagalan usaha para tokoh agama apapun juga dalam perjuangan mereka mendatangkan damai dan bahagia bagi manusia seluruhnya.
Kegagalan itu seluruhnya terletak kepada kelemahan manusia yang biarpun dengan akal budi dan pikirannya dapat menerima inti pelajaran untuk hidup sebagai manusia yang baik.
Namun jasmaninya terlalu kuat sedangkan hatinya terlalu lemah untuk menentang nafsu badani sendiri sehingga terjadilah pertentangan yang amat menyedihkan.
Pertentangan antara hati nurani sendiri dengan perbuatan-perbuatan yang terdorong oleh nafsu pribadi, yang biasanya sering kali dimenangkan oleh nafsu.
Inilah sebabnya mengapa makin banyak orang mempelajari kebatinan, makin banyak pula terjadi pelanggaran dan dosa.
Raja Kegelapan memiliki senjata yang amat ampuh untuk menundukkan manusia, yaitu senjata sayang diri atau iba diri yang menjadi dasar.
Sehingga manusia dengan senang hati dan mudah melakukan hal-hal yang tidak baik. Lihatlah manusia-manusia kecil, kanak-kanak.
Betapa mudahnya mereka itu, tanpa disuruh tanpa diajar, untuk membohong dalam membela diri.
Sebaliknya, biarpun setiap hari diajar dan disuruh pantang membohong, disuruh jujur dan lain sifat-sifat baik, agaknya amat sukar bagi mereka.
“Hem, dia memang cerdik, mungkin iblis sendiri yang mengajarinya,” kata Im-yang Seng-cu. “Dan bagaimanakah kakek dewa Bu-tek Lo-jin dapat muncul di tempat ini?” …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader