BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Memandang Han Ki, bertanya, “Siapakah…. siapakah engkau?” “orang-orang murtad! Kalian telah melakukan tiga pelanggaran.
Pertama, sebagai murid Kakak Mutiara Hitam, kalian tidak mencontoh jejaknya, bahkan berwatak sombong dan kejam menggunakan pedang-pedang iblis ini.
Ke dua, kalian malah merendahkan diri menjadi penjilat bangsa Mancu, hal yang takkan dilakukan oleh guru kalian. Ke tiga, kalian berhadapan dengan paman gurumu sendiri akan tetapi bersikap kurang ajar.
Aku adalah Kam Han Ki dan guru kalian Mutiara Hitam adalah kakak misanku.” Kedua orang muda itu tentu saja sudah mendengar dari guru mereka tentang Kam Han Ki.
Bahkan mereka mengerti bahwa mereka berhadapan dengan murid manusia dewa Bu Kek Siansu, berhadapan dengan suheng dari Panglima Wanita Maya!
Mereka kaget bukan main dan teringat akan guru mereka, kedua orang itu lalu memberi hormat sambil berlutut.
“Mohon Susiok sudi memaafkan. Teecu berdua sakit hati lalu menggabungkan diri dengan bangsa Mancu agar dapat menuntut balas kematian Subo di tangan orang-orang Mongol.
“Juga menuntut balas atas kematian Supek Kam Liong di tangan Kerajaan Sung, dan menuntut balas atas kehancuran Khitan di tangan musuh-musuhnya, di antaranya bangsa Yucen!”
Kam Han Ki menarik napas panjang. “Urusan pribadi sakit hati jangan dibawa-bawa dalam perang. Sudahlah, kalau aku tidak memaafkan kalian, apakah kalian kira masih dapat hidup di saat ini?
Kalian boleh pergi dan jangan merendahkan nama guru kalian dengan menjadi panglima Mancu. Dan pedang-pedang ini…. hemm, mendiang Enci Kam Kwi Lan tentu akan merasa jijik dan malu melihat kalian menggunakan sepasang pedang iblis ini.”
“Akan tetapi, Susiok! Pedang-pedang itu adalah pemberian Subo!” Mendengar ucapan Yan Hwa ini Han Ki terkejut dan memandang sepasang pedang yang mengeluarkan cahaya kilat menyilaukan mata itu.
“Apa? Benarkah itu?” “Sumoi tidak membohong, Susiok. Pedang-pedang itu adalah buatan Nila Dewi dan Mahendra atas perintah Subo, kemudian oleh Subo ditinggalkan kepada Suhu dan akhirnya diberikan kepada teecu berdua.”
Han Ki menghela napas dan menyerahkan kembali sepasang pedang itu. “Baiklah, sebetulnya baik buruknya sifat pedang tergantung kepada tangan manusia yang memegangnya.
Tentu mendiang gurumu memberikan pedang-pedang ini dengan niat baik. Mulai saat ini, pergunakanlah pedang-pedang itu untuk menjunjung tinggi nama gurumu.”
“Karena kalau kalian menyeleweng, aku bersumpah untuk membersihkan pedang-pedang pemberian guru kalian dengan darah kalian! Nah, pergilah!”
Ji Kun dan Yan Hwa saling pandang, kemudian menyimpan pedang, menjura dan berlari pergi meninggalkan medan perang.
Setelah kedua orang itu pergi Han Ki mengamuk lagi. Sakit hati karena kematian Sung Hong Kwi, ditambah kenyataan betapa dua orang murid Mutiara Hitam sampai terbujuk menjadi panglima-panglima Mancu.
Membuat ia membenci orang Mancu, dan kini kedatangan pasukan baru di pihak Mancu yang berjumlah selaksa orang ia sambut dengan amukan yang dahsyat……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader