BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Nenekmu, Kam Siang Eng, adalah bibi kami dan engkau adalah keponakan kami sendiri. Engkau telah bersikap kurang ajar dan menghina kedua orang bibimu sendiri. Nah, bersenanglah engkau!”
Kam Siang Kui menarik tangan adiknya dan mereka berlari pergi dari situ, meninggalkan Suma Hoat yang tiba-tiba menjadi pucat mukanya.
“Ahhhh….!” Suma Hoat menutup muka dengan kedua tangannya. Pukulan batin yang dilontarkan Kam Siang Hui itu hebat sekali. Penyesalan hati yang menghimpit perasaannya menjadi makin berat.
Ia mengeluh, muntahkan darah segar lalu tubuhnya terguling pingsan! “Aduhhh…. ampunkan aku…. kedua bibi…. ampunkan aku….” ketika siuman, Suma Hoat merintih-rintih, suaranya mengandung penuh penyesalan.
Tentu saja ia sudah mendengar akan nama kedua orang wanita itu, dan ia sudah mendengar bahwa mereka adalah kedua orang enci dari Kam Han Ki, puteri paman ayahnya yang bernama Kam Bu Sin.
Maka mereka adalah pendekar-pendekar wanita Beng-kauw, bibi-bibinya sendiri, dan dia sudah berani mengajak mereka bermain gila, mengejek dan menghina mereka, bersikap kurang ajar sekali!
“Betapa baiknya orang yang masih mampu menyesali perbuatan sendiri dan bertobat lahir batin….” Suma Hoat terkejut.
Dia tidak ingat lagi berapa lama pingsan, dan kini ia merasa betapa ada telapak tangan menempel di punggungnya, tangan yang mengeluarkan hawa hangat dan orang itu ternyata sedang menyalurkan sin-kang untuk mengobatinya!
Ia menoleh dan mendapat kenyataan bahwa yang menolongnya itu bukan lain adalah Im-yang Seng-cu, tokoh pelarian Hoa-san-pai yang aneh dan berkaki telanjang itu! Ia menjadi terharu sekali dan kita menjadi sahabat nya.
Seorang yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengannya, yang kebetulan saja pernah bertemu dengannya, kini tanpa diminta telah menolongnya.
“Ahhh…. mengapa kau menolongku? Akan lebih baik kalau kau membiarkan aku mati….” Suma Hoat mengeluh ketika mendapat kenyataan betapa pertolongan orang aneh ini telah menyembuhkan rasa sesak di dadanya.
“Jai-hwa-sian…. baru sekali ini selama hidupku aku menjumpai hal yang amat mengherankan.
Seorang gagah perkasa seperti engkau kudapati pingsan di situ dan menerita luka dalam yang hanya dapat dilakukan oleh seorang yang memiliki sin-kang amat kuatnya.
Itu masih belum aneh, yang lebih aneh lagi, engkau putus asa, berduka minta-minta ampun. Aihhh…. apakah yang terjadi sahabat ?
Anggaplah aku sebagai sahabat, aku yang amat mengagumimu, atau saudaramu…. ceritakanlah apa yang terjadi?”
Suma Hoat menganggap bahwa dirinya selalu dimusuhi dan dibenci orang, bahkan ayahnya sendiri mengusirnya, juga uwanya, Menteri Kam Liong yang sakti, membencinya.
Ia merasa seperti hidup sebatang kara, kini melihat sikap orang aneh yang amat baik ini, mengingat akan perbuatannya terhadap Ketua Siauw-lim-pai, terhadap dua orang bibinya.
Tak tertahankan lagi ia menangis tersedu-sedu seperti anak kecil! Im-yang Seng-cu yang biasanya berwatak gembira dan jenaka, kini melongo keheranan.
Kemudian, sambil terisak, Suma Hoat menceritakan semua riwayatnya, semenjak hatinya rusak karena kekasih yang benar-benar dicintanya, yang diharapkan menjadi isterinya, Ciok Kim Hwa….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader