BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Segalanya! Namun pada saat itu, Cui Leng yang sudah mabok dan bakal jadi korban asmara ini lupa daratan merasai keanehan lalu menjawab lirih, ” Namaku Kim Cui Leng…. dan kau, Koko….?”
“Panggil saja aku Hoat.” “Hoat-ko…. aku cinta padamu….” Dengan ucapan ini, Cui Leng kehilangan segala-galanya. Ia telah serahkan jiwa raganya kepada seorang pria yang sama sekali tidak diketahui riwayat dan keadaannya!
Bahkan namanya pun hanya diketahui dengan sebuah huruf “Hoat” saja! Dia seorang gadis yang tidak mempunyai pengalaman sama sekali, masih hijau, dan yang mempermainkannya adalah seorang “Jai-hwa-sian” yang pahdai merayu.
Tentu saja Cui Leng benar-benar jatuh! Barulah pada keesokan harinya, ketika sadar dari tidurnya yang nyenyak berbantal lengan dan dada Suma Hoat, Cui Leng menjerit, teringat akan segala yang terjadi dan ia menangis tersedu-sedu.
Suma Hoat memeluknya. “Ah, Leng-moi, kekasihku, dewi pujaan hatiku. Kenapa menangis? Apakah engkau menyesal mempunyai kekasih seperti aku?”
“Tidak….! Tidak….! Aku cinta padamu, Koko, akan tetapi….” Suma Hoat menciuminya. “Mengapa menangis?” “Aku takut! Kalau Suci tahu, celakalah aku. Aku tentu akan dibunuhnya! Ini merupakan pelanggaran kami!”
Suma Hoat tertawa menatap korban nya, “Ha-ha-ha! Mengapa takut kepadanya? Jangankan baru dia, biar seluruh tokoh Siauw-lim-pai datang, jangan takut. Ada aku di sini, Leng-moi. Percayalah, aku tidaklah selemah yang kaukira. Lihat ini!”
Suma Hoat menggerakkan tangan kiri dengan jari terbuka ke arah lantai. Terdengar suara “plak! Plak!” dan Cui Leng memandang lantai dengan mata terbelalak.
Melihat betapa telapak tangan pemuda itu membuat bekas yang amat dalam dan begitu jelas sehingga tampak garis telapak tangannya.
“Eh…. itu…. Tiat-ciang-kang (Telapak Tangan Besi)!” serunya kagum. “Dan lihat ini!” Kembali tangannya didorongkan ke depan, ke arah guci arak di atas meja dan…. “wuuuuttt!” guci arak itu terbang melayang ke arah tangannya.
Disambut dan pemuda itu menenggak araknya! “Wah, Koko….! Sin-kangmu hebat bukan main!” “Nah, masih takutkah engkau? Biar sucimu datang, dia tidak akan dapat mengganggumu, apalagi membunuhmu.”
“Akan tetapi, namaku akan ternoda! Koko, bagaimana baiknya….?” Wajah gadis itu menjadi pucat. “Karena ketahuan Sucimu?
Ha-ha, Leng-moi, kekasihku. Jalan satu-satunya hanyalah mengusahakan agar sucimu mau bermain cinta denganku, mau melayaniku. Dengan demikian, engkau mempunyai teman dan dapat saling menyimpan rahasia!”
“Kau….!” Tangan Cui Leng menyambar hendak menampar muka Suma Hoat, akan tetapi pemuda itu menangkap tangan korban asmaranya itu sambil tertawa-tawa.
Dan betapa pun Cui Leng meronta sambil mengerahkan tenaga, tetap saja dia tidak mampu melepaskan tangannya. “Leng-moi, jangan begitu. Ingatkah kita melakukan permainan cinta atas dasar suka sama suka, bukan?
Tidak ada yang memaksa! Aku adalah, seorang laki-laki yang takkan menolak cinta kasih wanita mana pun. Aku…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader