BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Mengusulkan agar sucimu suka bermain cinta denganku semata-mata untuk menolongmu, yaitu agar rahasiamu tetap aman tersimpan. Bagaimana?” Cui Leng terisak.
“Kau…. kau…. mata keranjang!” “Ha-ha-ha!” Suma Hoat tertawa. “Laki-laki mana di dunia ini yang tidak mata keranjang? Asal diberi kesempatan tidak akan ada laki-laki yang menolak kasih sayang wanita cantik!
Dan sucimu juga cantik jelita, sungguhpun tidak sepanas engkau. Bagaimana? Cui Leng memang merasa menyesal dan khawatir.
Kalau sampai diketahui sucinya bahwa dia telah menyerahkan kehormatannya kepada pria itu, tentu dia akan celaka dan selama hidupnya takkan merasa aman.
Akan tetapi, kalau sucinya juga “terjun” dan ikut basah, sama-sama basah seperti dia, tentu saja mereka berdua akan dapat saling menjaga rahasia masing-masing. “Jadi kau…. kau tidak akan memperisteri aku?”
“Moi-moi? Jangan bodoh! Hubungan kita bukanlah hubungan suami isteri, kita melakukannya karena suka sama suka, bukan? Kita sama-santa menikmatinya, bukan?
Tadinya pun aku tidak pernah berjanji untuk mengambilmu sebagai isteri.” “Mengapa?” Dalam suara Cui Leng terkandung putus harapan.
“Mengapa? Karena aku sudah bersumpah selamanya tidak akan beristeri! Itulah! Sekarang bagaimana, maukah engkau membiarkan aku membujuk sucimu agar keadaannya sama denganmu ataukah harus kutinggalkan engkau begini saja?”
“Tidakf jangan tinggalkan aku. Baiklah, lakukan apa yang kaukehen daki kepada suci kalau…. kalau…. itu merupakan satu-satunya jalan….”
Melihat betapa wajah yang cantik dan biasanya berseri itu kini berkerut tanda susah. Suma Hoat tertawa, merangkul dan memondong Cui Leng.
“Leng-moi, hidup satu kali mengapa berduka dan berkhawatir? Tidak pantas wajahmu yang cantik berduka. Mari kita bergembira!” Dia membawa Cui Leng lari keluar rumah itu menuju ke sebuah sungai.
Tak lama kemudian, kedua orang itu sudah tertawa-tawa, mandi bertelanjang bulat di dalam sungai itu, saling menyirami air, berkejaran penuh kegembiraan, saling mencurahkan cinta kasih secara bebas seperti sepasang angsa.
Cui Leng kembali menjadi gembira, lupa sama sekali akan kekhawatirannya tadi, terbuai mabok dalam rayuan Suma Hoat yang amat pandai menguasai hati dan tubuhnya.
“Sumoi….!” Bentakan Liang Bi mengejutkan Cui Leng dan ia menengok dengan wajah pucat ke arah sumoi nya yang sudah berdiri di tepi sungai, sedangkan Suma Hoat malah tersenyum-senyum.
Kekagetan Cui Leng tidak ada artinya kalau dibandingkan dengan rasa kaget yang memukul hati Lian Bi ketika ia mencari sumoinya dan mendapatkan sumoinya sedang mandi bersama pemuda penolong mereka dalam keadaan telanjang bulat seperti itu.
“Ha-ha, kebetulan sekali engkau datang Li-hiap. Marilah ikut bersama kami, di sini segar dan nyaman. Tanggalkan pakaianmu!” kata Suma Hoat.
Saking bingung dan takutnya melihat sucinya penuh kemarahan, Cui Leng…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader