BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Sakit sedikit, Li-hiap. Sekarang aku akan menyedot lukanya. Engkau tidak keberatan bukan?” Sambil bertanya demikian, Suma Hoat mengangkat muka. Pendekar wanita ini tak sadar akan jadi korban asmara berikutnya.
Memandang dan Cui Leng menunduk sehingga mereka berpandangan dengan muka terpisah tidak jauh. Wajah itu demikian tampan, sepasang mata itu demikian bagus dan bibir itu tersenyum amat ramah.
Sehingga Cui Leng menjadi percaya sepenuhnya. Lenyaplah semua kecurigaan dan keraguan, dan jantungnya berdebar. Dia merasa sesuatu yang amat aneh yang membuat jantungnya berdebar keras.
Mengapa wajah pemuda ini sekarang luar biasa tampannya? Mengapa dia merasa amat senang berdekatan dengannya? Ia tersenyum malu-malu dan mengangguk.
“Lakukanlah….” Seluruh bulu dan rambut di tubuh Cui Leng seperti berdiri ketika ia merasa betapa bibir yang basah hangat itu menempel di kulit dada bagian atas. Jantungnya berdebar makin keras ketika bibir itu menyedot luka di dadanya.
Ia merasakan sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dialaminya, perasaan yang sukar dilukiskan dengan kata-kata, asmara campur baur penuh rasa senang, gembira, malu, nikmat dan membuat ia ingin menjatuhkan kepalanya di atas pundak pemuda itu.
Tubuhnya seperti tak bertulang lagi, lemas dan lenyap seluruh kemauan, adanya hanya rasa cinta kasih yang menggelora terhadap pemuda itu.
Suma Hoat meludahkan darah yang disedotnya, kemudian menyedot lagi, meludah lagi. Setelah ia menyedot tiga kali, Cui Leng tak dapat menahan lagi amukan perasaan yang menggelora di hatinya.
Tubuhnya gemetar dan kedua matanya setengah terpejam, mulutnya agak terbuka, terengah memberl jalan keluar pada hawa yang mendesak dan menyesakkan dadanya yang bergelombang.
Melihat tanda ini, diam-diam Suma Hoat tersenyum. “Arak obat” yang diberikannya tadi sudah bekerja baik.
Sebagai seorang yang sudah berpengalaman matang dalam asmara, dia maklum bahwa arak yang sebetulnya adalah obat perangsang itu mempunyai daya melumpuhkan semua pertahanan susila dihati wanita dan tentu saja seperti obat-obat perangsang lain.
Hanya akan manjur terhadap wanita yang memang sudah mengandung hati tertarik kepadanya. Maka kini perlahan-lahan bibirnya bergeser, bukan lagi luka itu yang dikecupnya, melainkan naik ke leher.
Cui Leng merasakan hal ini, dan ia terkejut sekali, namun apa daya, semua kemauannya telah lenyap, bahkan dia merasa dirinya seperti terapung di angkasa, demikian menyenangkan.
Dia hanya dapat mengeluh panjang, napasnya makin terengah dan kini kedua matanya bahkan dipejamkan sama sekali. Tak lama kemudian, ketika pemuda itu merangkul dan menciumi pipi dan bibirnya.
Dia merintih dan kedua lengannya merangkul leher pemuda itu tanpa disadarinya. Cui Leng telah lupa dan mabok.
Perasaannya terhadap pemuda itu hanya bahwa pemuda itu amat baik, amat tampan, amat gagah perkasa dan sepatutnya menjadi jodohnya!
Seperti dalam mimpi ia menyerah, menurut dan memenuhi apa saja yang dikehendaki pemuda itu dan satu-satunya. percakapan di antara mereka adalah pertanyaan Si Pemuda.
“Kekasihku, siapakah namamu?” Pertanyaan yang aneh. Belum juga mengenal nama, sudah menyerahkan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader