BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Binatang-binatang itu! Maka ia lalu miringkan tubuh ketika laki-lakl gundul itu menerjangnya, dari samplng ia mengirim totokan yang tepat mengenai jalan darah di pundak yang telanjang.
Laki-laki itu mengaduh dan Yan Hwa sudah mencengkeram tengkuknya.
“Cepat perintahkan anjing-anjingmu mundur, kalau tidak kupatahkan batang lehermu!” Ia mengancam dan jari-jari tangannya yang halus itu mencengkeram tengkuk seperti sepasang jepitan baja!
“Aduhhh…., ampun…. lepaskan aku….!”
“Lekas perintahkan anjing-anjing itu mundur atau kau mampus!”
Tiba-tiba laki-laki gundul itu mengeluarkan suara menyalak-nyalak seperti seekor anjing ketakutan dan…. serigala-serigala itu lalu menyalak-nyalak dan mundur teratur meninggalkan Cia Kim Seng!
Dengan muka berkeringat Kim Seng melompat turun dari kudanya. “Buhuh saja manusia serigala itu!” katanya marah.
“Ampun….!” Si Laki-laki gundul berkata.
“Aku mau mengampuni kau, akan tetapi engkau harus siap sewaktu-waktu membantu pasukan kami kalau kami butuhkan!” bentak Yan Hwa.
“Baik…., baik…., aku berjanji….!”
Yan Hwa melepaskan cengkeramannya dan sambil mengeluh laki-laki itu mengelus-elus tengkuknya dan memandang dengan gentar. “Ceritakan siapa kau?”
“Aku bernama Theng Kok, keluargaku habis karena korban perang, dan aku…. sejak kecil bermain-main dengan serigala-serigala di sini, aku pandai menguasai mereka….” Hemm, Theng Kok.
“Kalau kelak kau suka membantu kami, kau akan kami beri hadiah besar, akan tetapi kalau kau tidak mau, lihat ini!”
Yan Hwa mengayun tangannya ke arah sepotong batu dan hancurlah batu itu. Muka Theng Kok menjadi pucat dan ia mengangguk-anggukkan kepalanya yang gundul. “Aku menurut…. menurut….!”
Yan Hwa lalu menangkap kembali kudanya dan melanjutkan perjalanan bersama Cia Kim Seng. Debu yang tampak di depan mengebul makin tinggi.
Mereka membalapkan kuda ke arah debu mengebul itu dan tak lama kemudian tampaklah oleh mereka pasukan Mancu yang bergerak mengundurkan diri.
Terjadilah hal yang amat aneh dan mengherankan hati Ok Yan Hwa ketika mereka berdua bertemu dengan pasukan Mancu yang berada paling belakang.
Pasukan yang dipimpin oleh seorang perwira Mancu itu begitu bertemu dengan Cia Kim Seng serta-merta menjatuhkan diri berlutut, dan Sang Perwira berkata,
“Pangeran….!”
Lenyaplah sikap Cia Kim Seng yang biasanya sederhana, kini tampak dia penuh wibawa ketika bertanya,
“Siapa yang memimpin barisan ini?”
“Panglima Durbana, Pangeran!” jawab perwira itu penuh hormat.
“Mengapa mundur ke selatan dan kini mundur lagi ke timur? Apa yang terjadi?”
“Ketika kami hendak bergerak ke pantai timur, kami bertemu dengan barisan besar Yucen sehingga kami terpukul mundur ke selatan.
Kemarin kami bertemu dengan barisan besar Kerajaan Sung dan setelah ber…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader