BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – tempur sehari semalam, terpaksa kami mundur….” “Memalukan! Apakah pasukan-pasukan kita sudah demikian lemahnya sehingga bisanya hanya mundur dan lari saja?
Panggil Panglima Durbana menghadap!”
“Baik, Pangeran!” Perwira itu lalu meloncat ke atas kudanya dan membalap ke depan.
Ok Yan Hwa memandang “rekannya” itu penuh takjub.
“Jadi kau…. kau…. seorang Pangeran Mancu….?”
Cia Kim Seng menggerakkan tubuh menjura dengan membungkuk setengah badan sambil berkata,
“Benar, Ok-lihuciang. Aku adalah Pangeran Bharigan yang sengaja menyamar untuk melakukan penyelidikan sendiri ke arah timur.
Tidak ada waktu untuk bicara panjang, kelak tentu kujelaskan semua kepada Maya-ciangkun.
Seorang panglima datang berkuda. Dia segera melompat turun dari kudanya dan berlutut dengan sebelah kaki di depan Pangeran Bharigan.
“Lekas katakan mengapa engkau mundur menghadapi pasukan Sung!” Pangeran itu menegur dengan suara marah.
“Maaf, Pangeran. Terpaksa hamba menarik mundur barisan karena pihak musuh terlalu kuat, apalagi dipimpin oleh Jenderal Besar Suma Kiat dan pembantu-pembantunya yang berkepandaian tinggi.”
Pangeran Bharigan mengelus dagunya, kemudian menoleh kepada Yan Hwa.
“Ok-li-huciang. Harap kau suka segera memberi laporan kepada Maya-li-ciangkun mengenai keadaan kami yang memerlukan bantuan segera.”
“Baik, Cia…. eh, Pangeran Bharigan, Ok Yan Hwa meloncat ke atas kudanya dan membalap meninggalkan tempat itu.
Ketika tiba di perkemahan Pasukan Maut, dengan singkat namun jelas dia menceritakan kepada Maya dan para perwira lain tentang keadaan barisan Mancu.
Tentang pihak musuh barisan Sung yang dipimpin Suma Kiat, dan tentang diri Cia Kim Seng yang ternyata adalah Pangeran Bharigan dari Kerajaan Mancu.
Mendengar penuturan itu, Maya menjadi terheran-heran, juga kaget dan girang. Musuh besarnya, Suma Kiat, berada di depan!
“Bagus! Kita akan berpesta menghancurkan barisan Sung! Sungguh tidak kusangka bahwa penggembala domba itu ternyata seorang Pangeran Mancu!”
Pada saat Maya mempersiapkan pasukannya untuk membantu pasukan Mancu menggempur bala tentara Sung yang dipimpin oleh Jenderal Suma Kiat.
Tiba-tiba datang sebuah pasukan kecil, terdiri dari lima puluh orang. Maya menjadi girang ketika mendapat kenyataan bahwa pasukan kecil itu.
Ternyata adalah pasukan yang dipimpin Can Ji Kun yang kembali dari timur setelah memenuhi tugasnya melapor kepada Panglima Laut Bu Gi Hoat yang memberontak terhadap Kerajaan Sung.
Hati Maya menjadi tegang dan memandang penuh perhatian kepada Ok Yan Hwa dan Can Ji Kun, suheng dan sumoi yang bertemu di tempat itu dan kini berdiri berhadapan saling pandang itu.
“Hemm…., kiranya engkau di sini?” Terdengar Can Ji Kun menegur, pandang matanya tidak pernah melepaskan wajah sumoinya.
“Kalau engkau cukup berharga menjadi pembantu di sini, mengapa aku…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader