BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Atas itu. Ia mencabut pedangnya dan memandang Maya yang tersenyum mengangguk. Isyarat ini cukup bagi Kim Seng dan berserulah ia nyaring,
“Mata-mata keparat turunlah!” Bentaknya ini disusul loncatan tubuhnya ke atas, pedangnya membabat.
“Brettt!” Kain tenda itu robek besar terbabat ujung pedang Kim Seng dan dari atas melayang turunlah tubuh seorang laki-laki muda yang tampan.
Kim Seng yang masih berada di atas itu melanjutkan babatan pedangnya, kini ke arah tubuh yang melayang turun.
“Cringgg….!” Dua pedang bertemu dan tangan Kim Seng tergetar. Laki-laki yang melayang turun itu dalam keadaan terjatuh dari atas masih mampu menangkis serangan Kim Seng.
Bahkan kini tubuhnya berjungkir balik ringan dan lincah sekali, meluncur cepat seperti burung terbang dan tahu-tahu telah berdiri di depan Maya.
Maya kaget bukan main. Inilah seorang lawan yang berat! Tak boleh disamakan dengan kepandaian para perwiranya atau bahkan kepandian Kim Seng sekalipun.
Karena itu, ketika ia melihat Kim Seng dengan penasaran hendak menerjang orang itu ia memberi isyarat dengan matanya.
Setiap gerak-gerik Maya dari gerak tangan, mulut dan mata, sudah dikenal benar oleh Kim Seng, maka isyarat mata itu sudah cukup baginya dan ia mundur dengan pedang di tangan.
Laki-laki itu dengan sikap angkuh dan sama sekali tidak mempedulikan sikap Kim Seng yang hendak menyerangnya tadi, kini menyarungkan pedangnya.
Pandang matanya tidak pernah terlepas dari wajah Maya, kemudian dengan tenang sekali ia bertanya, “Engkaukah yang bernama Maya?”
Maya sudah menyelidiki dengan pandang matanya dan sudah menilai laki-laki ini. Ilmu kepandaiannya tinggi dan pedangnya tadi hebat sekali, mengeluarkan cahaya kilat dan mempunyai wibawa menyeramkan.
Laki-laki tampan ini agaknya amat percaya kepada kepandaiannya sendiri dan memandang rendah orang lain. Ia menjawab, suaranya dingin, “Akulah Panglima Wanita Maya yang memimpin Pasukan Maut ini!”
Tiba-tiba laki-laki itu tertawa bergelak, “Ha-ha-ha-ha! Sudah banyak aku mendengar tentang Pasukan Maut yang hebat dan terutama panglima wanitanya yang berilmu tinggi seperti dewi.”
“Siapa kira bahwa memang wajahnya jelita seperti dewi. Maya…., Maya…., tadinya kukira mengenal nama ini…. hemm, apakah engkau puteri….”
Maya memotong dengan suara tajam seperti pedang menyambar, “Seorang gagah tidak mengandalkan kepandaian bicara! Engkau siapakah dan menaapa engkau menyelundup seperti maling ke sini?”
“Ha-ha-ha! Nama Maya itulah yang menarikku untuk menyelidiki, di samping nama Pasukan Maut yang terkenal!
Aku bernama Can Ji Kun, dan aku sengaja datang hendak menyaksikan sendiri keadaan Pasukan Maut dan hendak menyaksikan sampai di mana kebenaran nama besar Maya yang katanya lihai seperti dewi!”
Hampir saja Maya berseru saking kagetnya. Kini ingatlah dia akan pemuda angkuh ini. Tentu saja dia mengenal seorang di antara murid Mutiara Hitam, bibinya!
Dan pemuda tampan itu masih ingat namanya, akan tetapi agaknya pangling karena dia kini telah menjadi seorang dara…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader