BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Goyang tubuh dan meringkik-ringkik, berusaha menoleh untuk menggigit orang yang menduduki punggungnya.
Para nelayan berlari menjauhi, takut tergigit atau tertendang. Akan tetapi, mereka melongo menyaksikan betapa nona jelita itu masih tetap di atas punggung kuda.
Dengan tegak duduk menggunakan kedua kaki menjepit perut kuda. Ketika kepala kuda menoleh hendak menggigit.
Tangan Siauw Bwee bergerak menamparnya, setiap kali menoleh ditampar dan dia mengerahkan sin-kangnya.
Menekan tubuhnya sehingga kuda itu tidak kuat menahan dan roboh mendeprok dengan penunggangnya masih tetap di atas punggung!
“Dia jinak, Lopek,” kata Siauw Bwee sambil melompat turun dan kini kuda itu dapat berdiri lagi, empat buah kakinya gemetaran.
Akan tetapi dia menundukkan kepala dengan mata melirlk takut ketika Siauw Bwee mengelus bulu di kepalanya.
“Hebat…. bukan main…. siapakah…. siapakah Nona….?” tanya nelayan itu, kini mukanya, seperti muka teman-temannya, memperlihatkan sikap hormat dan takut.
“Selamat tinggal Lopek!” Siauw Bwee meloncat ke atas punggung kudanya yang meringkik perlahan dan melambaikan tangan. “Lupakan aku, aku hanya seorang gadis pengembara biasa!”
Ia menyepak perut kudanya dan kuda itu meringkik lagi lebih keras lalu meloncat ke depan dan lari cepat sekali, diikuti pandang mata para nelayan yang melongo.
Hati Siauw Bwee girang sekali. Kuda itu ternyata kuat dan tangkas dapat berlari cepat dan tidak pernah mogok atau rewel.
Tidak berhenti sebelum ia hentikan, biarpun melalui padang rumput yang hijau dan gemuk. Berhari-hari Siauw Bwee menunggang kuda, naik turun gunung dan masuk keluar hutan lebat.
Pada suatu hari ia melihat seorang laki-laki berlari di sebelah depan. Ia heran dan juga girang. Heran melihat di tempat sunyi itu, di dalam hutan.
Ada seorang yang memiliki ilmu berlari cepat cukup lumayan, dan girang karena dia yang mulai merasa bingung.
Karena tidak mengenal jalan dan sudah berhari-hari tidak pernah bertemu manusia atau dusun kini bertemu orang yang tentu akan dapat ia tanyai arah ke kota raja Kerajaan Sung.
Ia mempercepat larinya kuda untuk mengejar orang itu. Akan tetapi tiba-tiba orang itu menghilang di sebuah tikungan yang penuh pohon.
Siauw Bwee mengejar sampai ke tempat itu dan menghentikan kudanya. Orang kaki satu itu hilang tanpa meninggalkan jejak! Ia memandang ke kanan kiri, kemudian mendengar makian nyaring dari atas!
“Setan! Siluman! Keluarlah kalau memang kalian memiliki kegagahan dan lawanlah aku, Hui-eng Liem Hok Sun!”
Siauw Bwee mengangkat muka memandang dan ia terheran-heran. Si kaki satu yang dikejarnya tadi kini telah terjerat dalam sebuah jala dan tergantung di dahan pohon besar.
Meronta-ronta dan memaki-maki kalang-kabut. Diam-diam Siauw Bwee merasa geli hatinya melihat orang yang berjuluk Hui-eng (Garuda Terbang) itu kini seperti seekor garuda dalan sebuah sangkar!
Orang yang terjerat itu melihat Siauw Bwee melotot dan siap memaki-maki, akan tetapi ia melongo ketika melihat bahwa yang datang menunggang kuda adalah seorang dara remaja yang cantik jelita! Akhir….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader