BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Terhina. Akan tetapi wanita yang suaranya manja dan merayu itu mana membutuhkan “pertolongannya”? Bahkan, kalau ia mencampuri, bukan hanya Jai-hwa-sian yang tidak senang hatinya.
Jelas bahwa wanita itu pun akan membecinya! Jadi siapa yang ditolongnya dan untuk apa ia mencampuri urusan ini? Ia menggerakkan pundak lalu pergi dari tempat itu.
***
Han Ki memandang kedua arca Maya dan Siauw Bwee dengan mata bersinar-sinar, penuh kegembiraan. Kedua arca yang berdiri di dekat arcanya sendiri itu amat memuaskan dirinya.
Arca-arca itu sudah jadi, persis seperti kedua orang sumoinya yang amat dikasihinya dan ia kagum akan hasil seni yang diciptakan tangannya.
Melainkan kagum akan kecantikan kedua orang sumoinya. Baru sekarang ia dapat memandangi kecantikan kedua orang gadis remaja itu sepuas hatinya.
Memang hebat! Sukarlah menentukan siapa di antara keduanya yang lebih cantik. Kadang-kadang tampak Maya lebih cantik, akan tetapi kadang-kadang Siauw Bwee lebih manis dan jelita.
Hanya diam-diam ia harus mengakui bahwa sepasang mata Maya amat hebat, luar biasa hebatnya dan menyinarkan kehangatan.
Yang membuat ia kadang-kadang merasa jantungnya berdebar, apalagi ditambah bibir yang seolah-olah mengandung senyum penuh arti itu.
Gerakan harus di belakangnya pada saat itu amat dikenalnya. Berkat latihan yang tekun, tanpa menengok pun Han Ki maklum bahwa Maya telah berada dalam kamar kerjanya membuat arca.
Dia mengenal benar gerakan halus kedua orang sumoinya, malah dapat membedakannya.
Apalagi, ada keharuman yang khas pada diri masing-masing dara itu karena keduanya suka memakai bunga yang berlainan.
Bunga-bunga yang sering kali dipetiknya dari pulau-pulau lain, yang dia cari untuk kedua orang sumoinya karena dia tahu bahwa semua wanita menyukai bunga dan bau-bau harum.
“Suheng….”
Han Ki menoleh tersenyum.
“Sudah hampir jadi arca-arca kita, Sumoi. Hanya tinggal menghaluskannya saja, dalam sehari saja tentu selesai.”
Maya berlutut di dekat suhengnya.
“Suheng, arca siapakah yang terindah di antara tiga buah arca ini?”
Pertanyaan kanak-kanak, pikir Han Ki sambil tersenyum dan dia menjawab, suaranya menggoda, “Tentu saja arcaku sendiri!”
“Ah, Suheng sombong!” Han Ki hanya tertawa.
“Suheng, kalau dua yang lain ini, mana lebih cantik?”
Han Ki mengerutkan alisnya, sejenak tak dapat menjawab. Akan tetapi kemudian terdengar suaranya menggoda karena dia terpaksa melayani pertanyaan yang manja itu.
“Wah, tentu saja arcamu lebih cantik.”
Wajah yang itu berseri, manis pandang mata yang biasanya hangat itu lebih panas lagi, senyumnya manis memikat. “Suheng….” Maya menyentuh lengan suhengnya, “Benarkah engkau anggap aku paling cantik?”
Han Ki menatap wajah sumoinya dan memang dia harus mengakui bahwa wajah itu luar biasa cantiknya, kecantikan khas, yang sukar dilukiskan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader