BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kam Han Ki menutup mulut itu dengan ciuman mesra, tidak peduli lagi bahwa perbuatannya ini kelihatan oleh pelayan yang cepat membuang muka dengan sungkan.
“Hushhh, jangan berkata demiklan, kekasihku. Jangan khawatir, aku pasti akan kembali membawa jasa dan tentang masa depan kita, harap jangan khawatir….
Twako Kam Liong tentu akan membantuku dan engkau akan dilamar secara resmi. Mengingat akan kedudukan dan jasa Menteri, kiranya pinangan itu takkan ditolak oleh Hongsiang.
Nah, selamat berpisah, manisku. Itu peronda datang….” Han Ki melepaskan pelukannya dan hendak meloncat pergi. “Koko ….! Ahh, Koko….!” Puteri itu merintih.
Han Ki meloncat kembali, memberi ciuman yang mesra sekali yang seolah-olah menghisap hati dara itu, kemudian tanpa menoleh ia sudah meloncat cepat lenyap dari situ.
Untung bahwa pemuda itu memiliki kepandaian yang hebat sehingga munculnya peronda tidak mengakibatkan sesuatu.
Karena peronda-peronda itu tidak melihat atau mendengar kehadiran Si Pemuda yang nekat dan berani mati karena asmara itu.
Para peronda memberi hormat kepada Puteri Sung Hong Kwi yang telah menguasai hatinya dan tanpa mengeluarkan kata-kata dara itu kembali ke kamarnya.
Diikuti empat orang pelayannya yang diam-diam saling towel saling cubit dan menutupi senyum dengan tangan mereka.
Pada keesokan harinya, pagi-pagi sekali Kam Han Ki berangkat melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya oleh Menteri Kam Liong, yaitu menyelidiki ke kota raja bangsa Yucen untuk menyusul Khu Tek San.
Yaitu murid Menteri Kam Liong yang diselundupkan ke Kerajaan bangsa Yucen. Adapun Menteri Kam Liong sendiri tak lama kemudian juga pergi seorang diri setelah mendapat perkenan Kaisar.
Pergi ke Khitan untuk menyelidiki kerajaan adiknya yang ia tahu terancam perang besar dengan bangsa Yucen.
Bahkan barisan Sung sendiri atas pimpinan panglima-panglima perbatasan yang sudah disetujui oleh Kaisar juga membantu bangsa Yucen menyerang Khitan.
Ia merasa khawatir sekali, apalagi karena ia pun tahu bahwa bangsa Mongol sedang berkembang dan selalu mengintai daerah-daerah perbatasan!
***
Maya berjalan seperti kehilangan semangat bersama pasukan pengawal yang kini telah berubah menjadi perampok-perampok, menjadi serigala-serigala haus darah yang amat kejam di bawah pimpinan Bhutan.
Anak perempuan yang usianya baru sepuluh atau sebelas tahun ini menderita tekanan batin yang bukan main hebatnya.
Pertama-tama tentang keadaan dirinya yang ternyata bukanlah puteri Raja dan Ratu Khitan, melainkan keponakan mereka, dan bahwa ayah bundanya telah tewas.
Hal ini saja sudah membuat ia berduka bukan main, sungguhpun andaikata dia benar puteri Raja dan Ratu, mereka ini pun sekarang telah tewas.
Ke dua, menyaksikan kekejaman-kekejaman yang dilakukan pasukan itu benar-benar mengerikan sekali. Ke tiga, memikirkan keselamatannya sendiri yang terancam malapetaka hebat.
Malam itu, gerombolan yang dipimpin Bhutan mengaso di sebuah hutan dan mereka itu berpesta-pora dan mabuk-mabukan karena baru saja….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader