BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kembali wilayah yang dahulu dikuasai bangsa Khitan! Dia berduka sekali, mengenangkan keadaan keluarga ayahnya yang cerai-berai itu.
Ayahnya sendiri , tak pernah terjun ke dunia ramai, tekun bertapa bersama isterinya, bekas Ratu Khitan, Yalina. Adiknya yang menjadi Raja Khitan, Raja Talibu, kini terancam bahaya.
Saudara kembar Raja itu, adiknya Si Mutiara Hitam Kam Kwi Lan, kini entah berada di mana karena adiknya yang seorang ini suka sekali merantau, apalagi setelah menikah dengan Tang Hauw Lam, pendekar yang suka pula merantau.
Mungkin suami isteri itu kini sedang merantau ke dunia barat lewat Pegunungan Himalaya! Dia sendiri sudah terikat oleh tugasnya sebagai Menteri Kerajaan Sung yang harus ia bela sampai mati.
“Aaahhhh….” ia teringat akan tehnya, menghirup teh wangi, meletakkan lagi cangkirnya dan mengeluh. “Pantaslah Ayah lebih suka memilih tempat sunyi, mengasingkan diri dari pergaulan ramai karena sesungguhnya, makin banyak kita mengikatkan diri dengan urusan dunia.
Makin banyak penderitaan batin kita alami. Hemmm, aku yang tidak mempunyai turunan, apakah sebaiknya mengikuti jejak Ayah?
Akan tetapi kalau demikian, apa artinya hidupku? Apa artinya aku mempelajari semua kepandaian? Bukankah semua itu dipelajari untuk dapat dipergunakan dalam dunia?
Biarlah bukankah Ayah dahulu bilang bahwa penderitaan merupakan gelombang batin yang amat bernilai harganya?”
Pada saat itu, seorang pengawal datang memasuki ruangan dan memberi hormat lalu melaporkan bahwa ada seorang tamu pria muda mohon menghadap Sang Menteri.
Atas pertanyaan Menteri, Pengawal itu menjawab. “Hamba tidak mengenalnya, Taijin, akan tetapi dia mendesak untuk diperkenankan menghadap.
Dia seorang pemuda yang usianya kurang lebih dua puluh lima tahun, berwajah tampan dan gagah sikapnya, membawa pedang di punggung dan sikapnya seperti seorang pendekar.
“Namanya?” “Maaf, Taijin. Ketika hamba tanyakan dia hanya mengatakan bahwa Taijin akan mengenalnya kalau sudah bertemu dan dia tidak memberitahukan namanya.”
Menteri Kam Liong yang sedang kesal hatinya itu tidak bernafsu untuk menerima tamu. Ah, tentu seorang di antara mereka yang masih muda dan ingin sekali mendapatkan kedudukan di kota raja, pikirnya.
Hemmm, bocah itu salah alamat kalau datang kepadanya. Kembali ia menghela napas. Betapa banyaknya keganjilan terjadi dalam pemerintahan yang kalut dan lemah ini.
Pembesarpembesar tinggi mudah disuap sehingga dia yang mampu memberi suapan banyak tentu akan “ditolong” memperoleh kedudukan tinggi!
Ingin ia memerintahkan pengawalnya untuk mengusir saja pemuda itu, akan tetapi tiba-tiba kemengkalan hatinya menuntut penyaluran.
Biarlah, bocah itu akan kecelik dan biarlah dia menerima bocah itu. Kalau pemuda itu berani hendak “menyogok”, hemmm… akan dia beri rasa!
Akan dimaki-makinya, kalau perlu dibekali tamparan sebelum diusir pergi! “Suruh dia masuk!” ia berkata pendek. Sejenak pengawal itu memandang bingung. Masuk ke ruangan dalam?
Ke kamar kerja Sang Menteri? Biasanya, apabila menerima tamu, tamu….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader