BEBASBARU.ID, INTERNASIONAL – Bukan hanya mendapatkan kecaman dari dunia Internasional, tapi pemerintah PM Benyamin Netanyahu juga di kutuk warganya sendiri.
Bukan tanpa sebab, genosida yang dilakukan serdadu zionis yang membabi buta serang Jalur Gaza, justru membahayakan warga Israel yang di sandera Hamas.
Hamas ternyata sangat cerdik, mereka menjadikan para sandera sebagai tameng dari serangan udara Israel, yang bombardir tanpa henti Jalur Gaza, hingga korban terus bertambah.
Kini, keluarga para sandera dari pihak Israel yang diduga ditahan oleh pihak Hamas di Gaza menuntut penjelasan pemerintah Israel tentang nasib kerabat mereka setelah tentara Israel (IDF) mengintensifkan serangan di wilayah Palestina.
Kelompok yang mewakili sekitar 229 orang yang diyakini disandera dalam serangan Hamas sejak 7 Oktober lalu itu pun telah meminta pertemuan segera dengan para menteri-menteri Israel.
“Tidak ada anggota kabinet perang yang mau bertemu dengan keluarga korban untuk menjelaskan satu hal – apakah operasi darat membahayakan keselamatan 229 sandera di Gaza,” kata salah satu perwakilan kelompok ini dikutip dari AFP.
“Keluarga khawatir dengan nasib orang yang mereka cintai dan menunggu penjelasan. Setiap menit terasa seperti selamanya,” tambahnya.
Perang ini memburuk sejak Hamas menyerang Israel dan menawan sejumlah sandera pada Sabtu (7/10). Israel menyerang balik membabi buta tak pandang sipil atau militer Hamas.
Lebih dari 8.700 orang tewas akibat konflik tersebut, dengan rincian 7.326 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.
Israel pun melancarkan serangan intens ke wilayah Gaza lewat jalur udara dan darat. Situasi ini pun membuat Gaza yang dihuni oleh sekitar 2,3 juta warga Palestina menjadi terkepung total.
Dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), Jumat (27/10), sebagian besar anggota sepakat mengadopsi resolusi yang mengupayakan gencatan senjata di Gaza.
Resolusi yang dirancang oleh negara-negara Arab kini menuntut akses pengiriman bantuan ke Gaza serta perlindungan bagi warga sipil.
Keputusan itu diambil dengan mengantongi 120 suara dukungan dari anggota. Sementara itu, 45 suara abstain dan 14 suara menolak, termasuk Israel dan Amerika Serikat yang mengkritik resolusi itu tak menyinggung serangan Hamas pada 7 Oktober.***