BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Balik uap putih itu terdapat banyak sekali ular merah. Puluhan, bahkan ratusan ekor banyaknya! Ular-ular berkulit merah berdesis-desis saling belit dan agaknya ular-ular itu melihat kedatangannya.
Karena ular-ular itu mengangkat kepala memandang kepadanya dengan lidah bergerak-gerak cepat keluar masuk mulut yang kebiruan.
Dengan hati penuh kengerian Maya melangkah hendak lari menaiki anak tangga dan pergi dari tempat yang menyeramkan itu.
Akan tetapi tiba-tiba kepalanya terasa pusing, pandang matanya berkunang dan seluruh tubuhnya panas, kakinya gemetar lemas dan akhirnya gadis cilik ini terguling roboh di atas anak tangga.
Ratusan ekor ular merayap perlahan menghampirinya, akan tetapi karena anak tangga itu terbuat dari batu dan licin, maka ular-ular itu tidak dapat merayap naik.
Baru sampai dekat kaki Maya sudah terpeleset jatuh kembali ke bawah. Akan tetapi, uap putih harum amis yang keluar dari mulut wereka makin tebal memenuhi ruangan.
Maya tidak melihat kengerian ini karena dia sudah pingsan, rebah terpelanting di atas anak tangga.
“Maya….!” Han Ki terkejut dan cemas sekali menyaksikan tubuh Maya menggeletak di atas anak tangga sedangkan di bawahnya, ratusan ekor ular merah berusaha untuk merayap naik.
Cepat pemuda yang banyak pengalaman dan maklum bahwa uap putih harum itu adalah hawa beracun, menahan napas dan menyambar tubuh Maya, dibawanya lari naik menjauhi gumpalan uap.
Kemudian ia menurunkan tubuh Maya di atas lantai lorong yang rata, memeriksa nadi pergelangan tangan Maya.
Ia bernapas lega. Jalan darah sumoinya tidak berubah, pernapasannya biasa, hanya tubuhnya agak panas dan mungkin sumoinya pingsan karena kaget.
Cepat ia memijit beberapa jalan darah di tengkuk dan pundak Maya. Maya mengeluh, bergerak perlahan, membuka mata dan napasnya mulai terengah-engah!
Hal ini mengherankan hati Han Ki, juga mendatangkan rasa khawatir. Ia memeluk tubuh sumoinya, mengangkat kepala gadis cilik itu dan mengguncang-guncangnya.
“Maya-sumoi….!”
Maya memandang kepada Han Ki. Pemuda ini terkejut. Sepasang mata yang indah itu kini mengandung sinar yang amat luar biasa.
Aeolah-olah mengeluarkan api, wajah yang jelita itu menjadi kemerahan, mengingatkan ia akan wajah kekasihnya dahulu, yaitu puteri Sung Kwi di waktu berlumba asmara dengan dia!
“Maya….”
Han Ki tidak dapat melanjutkan kata-katanya saking kagetnya ketika tiba-tiba Maya merangkul lehernya dengan kedua lengan.
Merangkul erat-erat dan menyembunyikan muka ke dadanya, didekapkan kuat-kuat sambil berbisik.
“Suheng…. ah, Suheng….!” Kemudian gadis cilik itu menangis! “Suheng…. apakah kau sayang kepadaku….?”
Hati Han Ki menjadi lega karena tangis menandakan bahwa Maya tidak menderita sesuatu, akan tetapi sikap dan pertanyaan Mayamembuat ia merasa aneh.
“Tentu saja aku sayang padamu, Sumoi,” jawabnya dengan cepat, karena memang tentu saja dia sayang kepada sumoinya, baik Maya maupun Siauw Bwee.
Jawaban ini dijawab dengan rangkulan yang lebih ketat lagi sehingga ia…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader