BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Merasa tidak enak sendiri, lalu berusaha melepaskan rangkulan Maya. Akan tetapi, kedua lengan itu merangkul makin ketat dan mulut Maya betbisik, “Peluklah aku erat-erat…. Suheng…., jangan lepaskan lagi….!”
“Maya….!” Han Ki berseru kaget dan jantungnya berdebar.
“Suheng…. aku cinta padamu, Suheng…. ahhh….!” Kini Maya mengangkat mulutnya dan membuat gerakan hendak mencium pipi Han Ki.
Pemuda itu terkejut seperti diserang ular berbisa. Melihat mata yang penuh gairah dari sumoinya, ia mengerti bahwa tentu uap putih harum itu yang mengandung racun aneh.
Sehingga mempengaruhi watak Maya yang luar biasa ini, seolah-olah gadis cilik itu berubah menjadi seorang wanita yang penuh nafsu berahi!
Cepat ia menotok tubuh sumoinya sehingga Maya mengeluh dan terkulai lemas, kemudian ia memondongnya dan membawanya lari naik.
“Suheng….! Suci kenapa….?” Siauw Bwee ternyata mencari sucinya dan berhasil menemukan lubang rahasia. lalu memasukinya.
Kini dia melihat Han Ki berlari naik dari bawah memondong tubuh sucinya yang terkulai lemas.
“Khu-sumoi, lekas kembali! Di sini berbahaya!” kata Han Ki. Ucapan ini mengejutkan Siauw Bwee dan bersama-sama mereka lari naik dan keluar dari lubang di lantai ruangan bawah.
Karena lubang itu kecil, maka Siauw Bwee yang keluar lebih dahulu membantu tubuh Maya yang didorong keluar dari bawah oleh Han Ki.
Kemudian Han Ki memondong tubuh itu dibawa ke dalam kamar Maya yang berada di sebelah kamar Siauw Bwee.
“Di bawah banyak ular merah beracun. Agaknya dia terkena racun uap putih yang keluar dari mulut ular-ular itu,” kata Han Ki sambil menotok beberapa jalan darah di tubuh Maya. Gadis itu segera tertidur pulas,
“Dia perlu beristirahat, biarkan dia tidur agar hawa beracun lenyap dari tubuhnya.”
Sehari semalam Maya tidur pulas, bahkan dia tidak terbangun ketika Siauw Bwee menuangkan air obat yang dibuat oleh Han Ki.
Setelah memberi obat, Han Ki duduk bersila dan menempelkan telapak tangannya di punggung Maya, menggunakan sin-kangnya untuk “membersihkan” tubuh sumoinya dari pengaruh hawa beracun.
Pada keesokan harinya, Maya terbangun dan ia bangkit duduk, mengusap-usap matanya dan memandang kepada Siauw Bwee.
“Ular…. banyak sekali…., ular merah….!” katanya gugup.
Siauw Bwee merangkulnya dengan hati lega. “Engkau sudah aman, Suci. Suheng menyelamatkanmu.”
“Aku di sini, Sumoi,” Han Ki memasuki kamar, menekan perasaannya agar guncangan hatinya tidak terlihat di wajahnya.
Diapun menekan kemarahannya atas perbuatan Maya yang membingungkan dia dan Siauw Bwee semalam suntuk.
“Ahhh, kini aku teringat…. lubang rahasia di bawah arca…. lorong di bawah tanah…. dan ular-ular merah be racun! Hiiih, menjijikkan! Suheng, kaumaafkan aku, ya?”
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Sumoi. Aku girang bahwa engkau selamat. Ular-ular itu berbahaya sekali, entah bagaimana bisa berada di bawah sana. Harus dibasmi.”
“Aku ikut, Suheng!” Siauw Bwee berkata penuh semangat……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader