BEBASBARU.ID, POLITIK – Kemana mantan Presiden ke-7 Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berlabuh setelah di pecat PDIP terjawab sudah.
Secara blak-blakan Jokowi sebut lebih sreg bersama PSI daripada PPP, ataupun parpol-parpol lainnya macam PAN atau Golkar yang sangat ngebet ajak dirinya bergabung.
Bahkan menanggapi wacana pencalonannya sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjelang Muktamar PPP 2025.
Dengan tegas, Jokowi menyatakan tidak tertarik dengan PPP tersebut.
“Enggak lah. Di PPP saya kira banyak calon-calon ketua umum yang jauh lebih baik, yang punya kapasitas, kapabilitas, punya kompetensi,” ujar Jokowi saat ditemui di Solo, Jawa Tengah, Jumat (06/06/2025).
Menurut Jokowi, banyak nama tokoh PPP yang layak memimpin partai berlambang Kakbah itu. Ia menilai dirinya tidak lebih baik dibanding kader-kader internal PPP yang telah muncul sebagai bakal calon ketua umum.
“Banyak ini calon yang sudah beredar kan banyak. Banyak sekali,” tambahnya.
Akan Fokus di PSI
Dalam kesempatan yang sama, Jokowi justru melontarkan pernyataan menarik dengan menyebut Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai pilihan politiknya.
“Saya di PSI aja,” celetuknya sembari tersenyum.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan dirinya bergabung dengan partai politik lain di luar PSI, Jokowi mengaku belum memikirkannya.
“Ya nggak tahu. Di PSI dicalonkan juga belum,” ucapnya santai.
Wacana Jokowi menjadi Ketua Umum PPP mencuat jelang Muktamar PPP 2025, yang akan memilih ketua umum baru.
Ketua Mahkamah Partai PPP Ade Irfan Pulungan mengatakan usulan tersebut datang dari internal partai karena menilai Jokowi sebagai figur yang mampu mengangkat kembali elektabilitas PPP yang pada Pemilu 2024 gagal lolos ke Senayan.
“Insya Allah kalau PPP dipimpin oleh Pak Jokowi, Insya Allah PPP kembali ke Senayan. Mudah-mudahan bisa menjadi lima besar sehingga mendapat pimpinan di DPR,” kata Irfan kepada Kompas.com.
Menurut Irfan, Jokowi memiliki rekam jejak panjang dalam politik dan pemerintahan, serta memahami dinamika internal PPP. Hal tersebut dianggap sebagai modal penting dalam membenahi partai.
“Tentu sosok-sosok seperti itu saya pikir cukup capable jika PPP dipimpin oleh orang yang sudah memiliki pengalaman politik dan pemerintahan yang cukup panjang,” jelas Irfan.
Ia menegaskan, PPP membutuhkan pemimpin yang tidak hanya populer, tetapi juga memiliki kapabilitas restrukturisasi organisasi partai untuk menghadapi Pemilu 2029.***