BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Sobat, apa yang kaulakukan di sini?” Ia menegur. Si Bongkok itu kembali menunda pekerjaannya dan menoleh dengan alis berkerut. Agaknya ia tidak senang sekali pekerjaannya yang dilakukan dengan tekun itu selalu terganggu.
Akan tetapi ketika melihat seorang laki-laki setengah tua yang tampan dan gagah biarpun kurus dan agak pucat, ia menghentikan pekerjaannya, membalikkan tubuh dan berdiri menghadapi Tang Hauw Lam.
Setelah memperhatikan Hauw Lam dan merasa yakin tidak pernah bertemu dengan laki-laki gagah itu, Ia menjawab singkat.
“Kalau engkau suhu dari dua orang anak nakal tadi, lebih baik engkau pergi dan nasihati murid-muridmu agar jangan mencari urusan orang lain. Apa yang kulakukan di sini adalah urusanku dan tiada sangkut pautnya denganmu. Pergilah, aku sedang sibuk!”
Tang Hauw Lam mengerutkan keningnya. Orang ini jelas bukan orang Khitan, melainkan bersuku bangsa Han yang sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan keluarga Raja Khitan.
Jawaban orang ini ketus dan tidak ramah, bahkan memandang rendah kepadanya.
“Kalau begitu, aku pun tidak mau tahu siapa yang kau kubur di sini, akan tetapi yang sudah jelas, engkau tidak boleh mengubur abu jenazah di tempat ini!”
Orang bongkok itu memandang Tang Hauw Lam dengan alis berkerut dan mata bersinar penuh kemarahan. “Hemm…. siapa yang melarangnya?”
“Aku yang melarangnya!” Hauw Lam berkata tegas.
Si Bongkok menjadi semakin marah, berdiri dan menantang. “Kalau aku tetap hendak mengubur abu jenazah di sini, engikau mau apa?”
Tang Hauw Lam juga menjadi marah sekali. “Akan ku usir engkau dari sini dengan kekerasan!”
“Hemm, kaukira akan gampang saja? Cobalah!”
Kalau isterinya berada di sampingnya, belum tentu Hauw Lam akan suka melayani Si Bongkok ini dengan kekerasan dan tentu ia akan lebih mengandalkan kepandaian bicara.
Akan tetapi semenjak isterinya pergi, ia pemurung dan pemarah. Maka kini menyaksikan sikap yang menantang dan sama sekali tidak memandangnya, amat merendahkan, dia tidak dapat menahan kesabarannya dan membentak
“Manusia sombong! Pergilah!” Sambil membentak demikian, ia menerjang maju dan menggunakan tangan kanannya untuk mendorong.
Bukan sembarang dorongan karena itu adalah pukulan Pek-kong-ciang yang amat ampuh, dan kuat, mengandung tenaga sin-kang yang dapat merobohkan lawan dari jarak jauh.
Si Bangkok itu membuat gerakan menangkis dengan tangannya, bahkan meloncat maju pula sehingga kedua lengan mereka bertemu dengan kuatnya. “Desss….!“
“Ahhh….!” Keduanya meloncat mundur dengan kaget ketika merasa betapa lengan mereka tergetar hebat tanda bahwa tenaga lawan amat kuatnya. Yang lebih kaget adalah Hauw Lam.
Pada waktu itu, ilmu kepandaiannya telah meningkat hebat karena selama perantauannya dengan isterinya ke negeri barat.
Ia telah memperoleh pengalaman dan penambahan ilmu-ilmu silat yang hebat, juga tenaga sin-kangnya bertambah kuat sehingga untuk masa itu.
Jarang ada orang kang-ouw yang mampu menandingi Pek-kongto Tang Hauw Lam suami Mutiara Hitam…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader