BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – iAkan tetapi, dalam pertemuan tenaga sakti tadi, Hauw Lam merasa betapa tangan Si Bongkok itu amat kuatnya dan mengandung tenaga mujijat, tenaga sin-kang yang sudah mencapai tingkat tinggi sekali!
Bagaimana seorang yang hanya berpakaian pelayan dapat memiliki ke pandaian sehebat ini? Di lain pihak, Si Bongkok itu pun agaknya terkejut sekali.
Dan baru tahu bahwa orang yang dilawannya bukanlah orang sembarangan sehingga ia mulai memandang penuh perhatian.
Karena maklum bahwa orang ini tentulah seorang pendekar yang berilmu tinggi, maka timbul kekhawatiran di hatinya kalau-kalau dia salah tangan dan salah duga.
Orang yang berkepandaian sehebat itu tidak mungkin hanya menghalanginya karena sebab yang remeh seperti mengalahkan dua orang muridnya. tadi.
“Orang gagah, ketahuilah bahwa aku Gu Toan hanya melakukan tugas hidupku dan aku akan mengubur abu jenazah majikanku di sini dengan taruhan nyawa. Siapapun juga tidak boleh menghalangi dikuburnya abu jenazah ini di sini!”
Dengan ucapan ini, Si Bongkok itu agaknya hendak minta maaf dan mengajukan alasan mengapa dia bersikeras hendak mengubur abu jenazah di situ.
Tang Hauw Lam belum pernah mendengar nama Gu Toan. Setelah diingat-ingat dan merasa yakin bahwa dia belum pernah mengenal orang ini, dia pun menjawab.
“Dan aku pun mempertaruhkan nyawaku untuk menjaga kebersihan tanah kuburan ini dari gangguan siapapun juga. Tidak boleh sembarang jenazah atau abunya dikuburkan di tempat ini!”
Gu Toan tercengang dan penasaran, lalu bertanya. “Bolehkan aku men getahui siapakah Sicu ini? Dan hak apa yang Sicu miliki untuk mempertahankan tanah kuburan ini?”
“Aku adalah Pek-kong-to Tang Hauw Lam. Tanah kuburan ini adalah kuburan keluarga isteriku, bahkan Raja Talibu yang dimakamkan di sini adalah saudara iparku!”
Gu Toan terbelalak memandang ragu-ragu dan bertanya gugup, “Mutiara Hitam….?”
Hauw Lam mengangguk. “Isteriku!”
Tiba-tiba terjadi hal yang membuat Tang Hauw Lam terkejut dan terheran-heran, demikian pula kedua orang muridnya karena di luar dugaannya sama sekali,
Si Bongkok itu menjatuhkan diri berlutut di depannya sambil menangis! Gu Toan menangis sesenggukan, mengambil sebuah di antara dua guci terisi abu jenazah, memeluknya dan berkata terisak-isak.
“Hamba Gu Toan mohon ampun…. harap Tang-taihiap ketahui…. ini…. abu jenazah dari…. majikan hamba…. mendiang Menteri Kam Liong….!”
Wajah Hauw Lam menjadi pucat seketika dan matanya terbelalak memandang ke arah guci terisi abu jenazah. “Apa? Kanda, Kam Liong…. mati….? Benarkah….?”
“Hamba adalah pelayan beliau. Beliau tewas karena dikeroyok para panglima kerajaan…. dan yang satu itu abu jenazah Panglima Khu Tek San, murid -majikan hamba …. mereka tewas dalam menolong adik beliau, Kam Han Ki-taihiap….”
“Ahhh….!” Tang Hauw Lam menjatuhkan diri berlutut, menyentuh guci itu dan berkata lirih, “Tidak dinyana…. Kam Liong Twako….!”…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader