BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Juga Gu Toan diam-diam memandang penuh perhatian, dengan wajah penuh iba terhadap Tang Hauw Lam, karena dia sudah dapat menduga apa yang telah terjadi atas diri Mutiara Hitam.
Suasana amat menegangkan ketika Tang Hauw Lam mulai membuka tali sutera yang mengikat bungkusan.
Suara berkereseknya tali sutera yang dibuka sampai terdengar oleh tiga orang yang mengikuti gerakan jari tangan itu dengan seksama.
Akhirnya bungkusan itu terbuka dan tampaklah isinya yang mereka tunggu-tunggu dan duga-duga. Ternyata bahwa bungkusan itu berisi sebuah tempayan dari emas terukir indah sekali.
Tutupnya dihias dengan batu permata, sesampul surat yang megah dan dicap Kerajaan Mongol, dan…. setumpuk pakaian dan perhiasan yang amat dikenal.
Karena itu adalah pakaian dan perhiasan yang dipakai Mutiara Hitam ketika pergi, berikut sebatang pedang kayu, yaitu Siang-bhok-kiam, pedang Mutiara Hitam!
Betapapun kuat Tang Hauw Lam mempersiapkan hatinya, namun tangannya menggigil ketika ia membuka tutup tempayan dan melihat abu jenazah yang memang telah ia perkirakan semula, dan terdengar keluhnya.
“Lan-moi…. isteriku….!” Ia menyambar pakaian Mutiara Hitam, mencengkeram pakaian itu dan menutupi mukanya dengan pakaian isterinya.
Lalu menubruk dan memeluk tempayan itu, tak tertahan lagi ia terisak-isak sambil memejamkan mata, menggigit bibir sendiri sampai berdarah.
Isterinya tercinta telah tewas! Gagal dalam usahanya dan mengorbankan nyawa, kini pakaian dan abu jenazahnya dikirim kembali oleh Raja Mongol.
“Kwi Lan….!” Ia mengeluh lagi dan mengerahkan seluruh tenaga batin nya agar kedukaan tidak menggelapkan kesadarannya.
“Subo….!” Can Ji Kun berseru sambil menangis.
“Subo….!” Ok Yan Hwa menjerit, kemudian meloncat berdiri dan berteriak, “Keparat orang-orang Mongol! Aku akan membalas dendam!”
“Aku juga!” Can Ji Kun juga meloncat berdiri dan kedua orang anak itu lalu hendak mengejar, rombongan pasukan Mongol.
“Ji Kun,, Yan Hwa! Berhenti….!” Tang Hauw Lam membentak, tangannya bergerak ke depan dan dua orang muridnya itu terpelanting roboh. “Apa yang hendak kalian lakukan?”
Kedua orang anak itu merangkak menghampiri suhu mereka, berlutut sambil menangis sesenggukan. “Subo telah mereka bunuh….!” Ok Yan Hwa mengeluh sambil menangis.
“Subomu gagal, namun tewas sebagai seorang gagah yang mendapat kehormatan besar dari Raja Mongol, dari musuhnya sendiri. Kalian patut berbangga karenanya!”
Kelemahan dua orang muridnya itu membangkitkan semangat Hauw Lam, dan dengan wajah pucat, pipi basah air mata namun sikapnya telah menjadi tenang.
Mulailah pendekar ini membuka sampul surat dan membaca isinya. Bibirnya bergerak-gerak, air matanya menetes-netes ketika ia membaca surat Raja Mongol itu.
Surat yang menceritakan usaha isterinya membalas dendam kematian Raja Talibu, menceritakan penuh kekaguman dan pujian atas kegagahan Mutiara Hitam, yang seorang diri menyerbu Mongol.
Mengamuk dan menghadapi pengeroyokan ratusan orang tentara Mongol dengan gagah perkasa, membunuhi ratusan orang perajurit.
Raja Mongol yang menyambutnya seperti seekor naga sakti mengamuk, dan hanya karena kehabisan….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader