BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Tetapi harus ia akui bahwa “nasihat” Maya itu cocok benar dengan isi hatinya! “Sudahlah jangan bicara lagi urusan itu. Mari kuantar pulang cepat-cepat karena aku masih mempunyai banyak urusan lain.”
Maya bertolak pinggang. “Koko engkau memang orang yang kurang penerima! Kalau engkau setuju dengan omonganku, mengapa pakai pura-pura segala?
Kau langsung pergilah menemui kekasihmu sebelum terlambat. Adapun kami berdua, kami bukanlah anak-anak kecil yang tidak bisa pulang sendiri.
Tadi pun kami pergi berdua, masa untuk pulang harus kautemani? Pergilah, kami dapat pulang sendiri, bukan, Adik Siauw Bwee?”
Siauw Bwee mengangguk. Han Ki menarik napas panjang. “Baiklah, kalian pulang berdua, akan tetapi harus langsung pulang dan jangan berkeliaran lagi. Siauw Bwee, jangan engkau selalu menuruti permintaan Maya. Bocah ini memang liar!”
Setelah berkata demikian, Han Ki cepat-cepat meloncat pergi, tidak memberi kesempatan kepada Maya untuk membalas makiannya.
“Awas dia! Kalau bertemu lagi denganku!” Maya membanting-banting kaki dengan gemas.
“Dia… dia hebat sekali, ya Enci Maya?” Siauw Bwee berkata lirih memandang ke arah lenyapnya bayangan Han Ki.
“Hebat apanya, manusia sombong itu!” Maya mendengus marah. “Mari kita pergi, Siauw Bwee.”
Malam telah larut dan sunyi sekali di sepanjang jalan. Semua rumah telah menutup daun pintu dan sebagian besar penghuni kota raja sudah tidur nyenyak.
Ketika mereka tiba di jembatan Ayam Putih yang panjang menyeberangi air sungai yang menghubungkan kota raja dengan saluran besar ke selatan, mereka melihat seorang laki-laki tua di tengah jembatan yang sunyi.
Maya dan Siauw Bwee adalah seorang anak yang tabah sekali, akan tetapi ketika mereka melihat dan mengenal kakek yang menghadang itu, mereka menjadi terkejut juga.
Kakek itu adalah kakek berambut putih berjenggot panjang yang hadir di istana, yaitu Koksu Negara, Kerajaan Yucen!
Maya menggandeng tangan Siauw Bwee dan berjalan terus tanpa memandang seolah-olah dia tidak mengenal kakek ltu. Akan tetapi kakek itu tertawa dan berkata,
“Anak-anak setan kalian hendak ke mana? Hayo ikut bersama kami!”
Maya sudah menaruh curiga bahwa tentu kakek itu tidak mengandung niat baik, maka begitu kakek itu melangkah datang, ia sudah membalikkan tubuh dan mengirim pukulan ke arah lambungnya!
Siauw Bwee juga memiliki reaksi yang cepat sekali karena tanpa berunding lebih dulu dia sudah dapat cepat menyusul gerakan Mayaq mengirim pukulan ke arah perut kakek itu.
“Buk! Bukk!” Kakek itu sama sekali tidak mengelak dan membiarkan dua orang anak perempuan itu memukulnya.
Maya dan Siauw Bwee berseru kaget karena larmbung dan perut yang mereka pukul, itu seperti bola karet yang membuat pukulan mereka membalik.
Sebelum mereka dapat mengelak, kakek itu telah mencengkeram pundak mereka, membuat mereka menjadi lemas. Kemudian Koksu dari Yucen itu sambil tertawa melemparkan tubuh Maya dan Siauw Bwee melalui…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader