BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Koksu yang culik Maya dan Siauw Bhee melangkahi jembatan melemparkannya ke sungai! Maya dan Siauw Bwee terkejut setengah mati. Tubuh mereka tak dapat digerakkan dan kini melayang menuju ke sungai yang armat dalam.
Akan tetapi, tiba-tiba tubuh mereka disambar tangan yang kuat dan kiranya di bawah jembatan telah menanti dua orang laki-laki diatas perahu. Mereka inilah yang menyambar tubuh mereka.
“Bawa mereka pergi sekarang juga!” terdengar Koksu Yucen berteriak dari atas jembatan kepada dua orang itu. “Dia merupakan hadiah sumbanganku untuk Coa-bengcu yang berulang tahun. Haha-ha!”
Maya dan Siauw Bwee yang tadinya merasa girang karena mengira bahwa mereka tertolong, menjadi makin marah karena kini mereka tahu bahwa dua arang di perahu ini adalah pembantu-pembantu koksu itu!
Malam gelap, perahu gelap dan mereka, tidak dapat melihat muka. dua orang laki-laki itu. Perahu digerakkan, meluncur ke selatan.
Maya dan Siauw Bwee dibelenggu kaki tangannya sehingga setelah mereka terbebas dari totokan, mereka tetap saja tidak mampu bergerak, hanya rebah miring di atas perahu dengan hati penuh kemarahan.
Setelah malam berganti pagi, barulah kedua orang anak perempuan itu dapat itu melihat wajah dua orang laki-laki yang menawan mereka.
Maya memperhatikan wajah kedua orang itu dan menurut penglihatannya, dua orang itu bukanlah orang jahat, maka timbullah harapannya.
“Eh, Paman yang baik. Kalian adalah orang baik-baik, melihat wajah, pakaian dan sikap kalian. Mengapa kalian mau membantu koksu jahat yang culik kami dua orang anak perempuan yang tidak berdosa?”
Dua orang laki-laki itu berusia kurang lebih empat puluh tahun, bersikap gagah dan golok besar tergantung di punggung mereka.
Mendengar ucapan Maya, mereka saling pandang, kemudian seorang di antara mereka yang mempunyai tahi lalat di pipi kanan, berkata,
“Kami hanyalah pelaksana-pelaksana tugas yang dibebankan kepada kami. Kami tidak tahu siapa kalian dan mengapa kalian di culik, akan tetapi kami harus menaati perintah atasan.”
Maya belum cukup dewasa, akan tetapi dia memiliki kecerdikan luar biasa dan ia dapat menangkap rasa tidak senang dan sungkan di balik ucapan laki-laki bertahi lalat itu.
Maka ia menjadi makin berani dan berkata. “Ah, kiranya Paman berdua juga menjadi anak buah Yucen?” la berhenti sebentar, lalu mengirim serangan halus dengan kata-kata,
“Heran sekali, bukankah Paman berdua ini orang-orang Han? Mengapa kini mermbantu kerajaan asing culik kami?”
“Kau anak kecil tahu apa!!” Tiba-tiba orang ke dua yang mukanya kuning membentak. Ucapan ini sama benar dengan ucapan Han Ki yang pernah menjengkelkan hati Maya.
Akan tetapi sekali ini ia menangkap rasa sakit hati di balik kata-kata itu, rasa hati yang tersinggung dan yang menyatakan betapa tepatnya ucapannya tadi.
“Biarpun aku anak kecil, akan tetapi aku tahu betapa seorang gagah selalu mengutamakan kegagahan, membela negara dan menentang yang lalim.” Maya melanjutkan.
Si Tahi Lalat kini berkata “Hemm, kulihat engkau bukan anak sembarangan. Ketahuilah bahwa kami berdua telah dibikin sakit hati oleh perbuatan anak buah Jenderal Suma Kiat.
Sehingga keluarga kami terbasmi habis. Karena itu, apa perlunya kami mengabdi permerintah…BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader