BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG –Hebat pengakuan ini, dalam hati mereka yang jatuh cinta merupakan sindiran dan petuah yang amat menusuk hati.
Memang sebagian besar orang muda kalau bercinta terlalu egois, hanya ingin meminta, meminta dan meminta. Minta dicinta, minta diperhatikan, minta dimanja. Lupa untuk memberi! Cinta itu adalah kasih sayang.
Cinta itu sifatnya memberi, bukan meminta. Cinta yang meminta itu bukan mencinta orang lain namanya, melainkan mencinta diri sendiri terdorong hasrat ingin memiliki, ingin memonopoli dia yang dicinta.
Cinta macam ini seperti cinta akan benda yang indah. “Kalau aku kelak meninggalkanmu?” “Engkau takkan meninggalkan aku tanpa sebab, karena aku akan selalu berusaha menyenangkan hatimu, tak usah kautinggal, kau minta saja aku pergi sendiri.”
“Kalau aku mati?” “Aku akan ikut! Aku takut kau di sana akan kesepian dan susah….” Meledak suara ketawa Bu-tek Lo-jin.
“Huah-ha-ha-ha-ha! Coba cari, di dunia ini mana ada pencinta seperti muridku? Mutiara Hitam, kalau engkau tidak menerima dia, engkau akan kehilangan! Ha-ha-ha!”
“Aku suka sekali mempunyai adik ipar Si Berandal!” Tiba-tiba Pangeran Talibu yang suka sekali kepada pemuda ini berkata.
“Saudara Tang Hauw Lam memang patut menjadi suami Kwi Lan,” kata Kam Liong atau dulunya Kiang Liong. Kwi Lan tidak merasa terdesak oleh ucapan-ucapan ini, memang ia sudah mengambil keputusan.
Ia tidak suka tinggal di dalam istana, terikat oleh segala macam peraturan. Tadi saja ia sudah merasa canggung dan kikuk, tidak bebas.
Kalau bersama Berandal, ia akan seperti burung. Sepasang burung terbang di angkasa, bercumbu dengan angin.
“Aku terima pinanganmu, Berandal. Selanjutnya terserah Ayah Ibu,” kata Kwi Lan sambil duduk kembali.
“Terima kasih,” jawab Hauw Lam sambil duduk juga, wajahnya makin berseri-seri. Semua orang tertawa.
Belum pernah selamanya mereka mendengar, apalagi melihat, peminangan dan penerimaan seperti yang dilakukan kedua orang muda itu.
Suasana makin gembira ketika kakek cebol itu dijamu oleh Suling Emas. Kini Puteri Mimi mendapat kesempatan membalas Kwi Lan dengan godaan-godaannya.
Dua orang gadis ini berbisik-bisik dan cekikikan sendiri, entah apa yang dibicarakan kedua calon pengantin itu.
Dalam kegembiraan ini, Kam Liong teringat akan adik misannya, Suma Kiat. Ia menarik napas panjang, diam-diam menaruh kasihan kepada putera bibinya itu.
Setelah terjadi peristiwa dengan Kwi Lan dan setelah Ratu Yalina mendengar pengakuan Kwi Lan akan semua perbuatan Suma Kiat yang amat tidak patut, pemuda itu diusir.
Akan tetapi Ratu Yalina masih ingat kepada keponakannya, memberi kuda yang baik dan perbekalan, yang cukup, ditambah sekantung emas.
“Ah, kalau saja Suma Kiat tidak mewarisi kegilaan Ibunya, tentu kini ikut bergembira pula, sebagai anggauta keluarga. Gembirakah dia? Entah, dia sendiri tidak tahu.
Kenyataan bahwa Kwi Lan adalah adik seayah, merupakan hantaman batin yang membuat hatinya kini kosong melompong.
Ia tidak mungkin dapat seperti Hauw Lam, ia terlalu romantis dan selalu ingin dicinta wanita! Selagi semua orang bergembira dan berpesta tiba-tiba muncul dua orang kakek tua renta yang aneh bersama seorang pemuda yang tampan berambut panjang.
Dua orang kakek itu pakaiannya tidak karuan, juga rambutnya awut-awutan seperti dua orang gila, yang seorang bermuka putih, yang kedua bermuka merah…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader