BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Hauw Lam dan Kwi Lan segera mengenal pemuda itu. Siangkoan Li! Dan dua orang kakek itu adalah manusiamanusia sakti Pak-kek Sian-ong dan Lam-kek Sian-ong, guru Siangkoan Li!
Suling Emas juga mengenal dua orang kakek ini. Hatinya tidak enak. Dua orang kakek ini terkenal tukang bikin ribut, seperti Bu-tek Lo-jin.
Hanya bedanya kalau Bu-tek Lo-jin suka melucu dan tidak mau berlaku jahat, adalah dua orang kakek ini tidak peduli apakah perbuatan mereka termasuk baik ataukah jahat.
Cepat ia bangkit menyambut dan menjura. “Selamat datang di Khitan, Ji-wi Sian-ong (Sian-ong Berdua). Silakan duduk.”
“Ha-ha, Suling emas, kau makin gagah saja. Kabarnya kau menjadi suami Ratu Khitan. Ha-ha, kionghi-kionghi (selamat)!
Tidak usah duduk. Aku dan Pek-bin-twako ini datang hanya karena ditangisi murid kami, Siangkoan Li ini.
Kami datang hendak meminang Mutiara Hitam!” kata Lam-kek Sian-ong sambil menunjuk muridnya yang sudah menjatuhkan diri berlutut ke arah keluarga tuan rumah.
Suling Emas terkejut. Benar, saja dugaannya. Dua orang kakek ini datang untuk membikin ribut. Memang benar mereka baru datang dan tidak tahu bahwa puterinya telah dijodohkan dengan Hauw Lam, namun cara mereka datang ini jelas menantang keributan.
Biarpun maklum akan kelihaian mereka berdua, namun pendekar sakti ini tidak takut. Dengan hormat ia menjawab.
“Mutiara Hitam adalah puteriku. Banyak terima kasih saya ucapkan atas kecintaan Ji-wi Sian-ong dan kehormatan yang diberikan, akan tetapi hendaknya maklum bahwa baru saja anakku ini telah dljodohkan dengan pemuda lain.
Siangkoan Li mengangkat muka, memandang ke arah Kwi Lan yang juga memandang kepadanya. Wajah yang tampan itu kelihatan merah, dan matanya bergerak-gerak menyapu mereka yang hadir.
Diam-diam Kwi Lan merasa heran karena sikap pemuda ini berbeda jauh sekali dengan dahulu, biarpun masih pendiam dan serius, namun matanya liar!
“Bunuh saja si penghalang!” terdengar Pak-kek Sian-ong berkata, suaranya dingin sekali, mengerikan. “Ho-ho-ha-ha-ha! Sepasang tua bangka gentayangan masih belum mampus, sudah mendekati neraka masih belum merasa panas. Ho-ho-ha-ha!”
Bu-tek Lo-jin yang sedang duduk di bangku menenggak arak, tertawa dan… bangku yang ia duduki terbang dan turun ke depan dua orang kakek itu. Dia sendiri masih minum arak dari guci.
Setelah arak habis ia turun dari bangkunya, menghadapi dua orang Sian-ong itu. “Mutiara Hitam gadis galak telah menjadi calon isteri muridku. Kalian mau apa?
Ho-ho, kita tua sama tua, mau mengajak apa kalian? Bertengkar saling maki? Boleh! Gelut? Pukul-pukulan?
Apa saja kulayani, minta lagu apa kuturuti. Hayoh….!” Bu-tek Lo-jin memang terkenal mempunyai hobby (kegemaran) berkelahi. Ia senang berkelahi baik saling maki maupun saling gasak! …BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader