BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Suling Emasmenyebut pangeran kepada puteranya itu. Pangeran Talibu tidak membantah, lalu mengajak Mimi naik kuda yang disediakan oleh pasukan Khitan.
Minta diri dari Suling, Emas dan Bu-tek Lo-jin, berpamit secara hangat kepada Yu Siang Ki dan Tang Hauw Lam yang dipersilakan sewaktu-waktu datang ke Khitan, kemudian berangkatlah rombongan itu.
Bu-tek Lo-jin lalu menarik lengan Hauw Lam, diajak menjauhi Suling Emas di tempat tersendiri untuk diajak bicara.
Kho Ping Hoo Mutiara Hitam (Bab 523), Si kakek Cebol Butek Lojin Puas Permainkan Musuh Besarnya
Dengan singkat tapi jelas Hauw Lam menceritakan pengalamannya, pertemuannya dengan Mutiara Hitam, pengalaman mereka berdua, kemudian betapa berkat keterangan Mutiara Hitam.
Ia dapat bertemu dengan ibunya yang kini masih tinggal di istana bawah tanah karena tidak mau meninggalkan tempat itu.
Bu-tek Lo-jin mendengarkan penuturan ini dan segera dapat mengambil kesimpulan bahwa muridnya “ada hati” kepada Mutiara Hitam.
“Eh, kau mencinta Mutiara Hitam?” Hauw Lam kaget, mukanya menjadi merah sekali. “Bagainiana Suhu tahu?”
“Heh-heh, kaukira aku begitu tolol? Pembelaanmu di kamar tahanan, dan ketika kau bercerita setiap menyebut namanya, sinar matamu bercahaya. Hayo katakan, kau cinta dia?”
Hauw Lam menghela napas, “Tak dapat teecu sangkal, Suhu. Teecu mencintanya, akan tetapi…. ah, seperti hendak menjangkau bintang, seperti kumbang merindukan matahari. Terlalu tinggi….“
“Uaaahh! Siapa bilang? Biarpun hanya untuk beberapa hari, engkau murid Bu-tek Lo-jin! Gadis mana yang terlalu tinggi untukmu? Biar puteri Kaisar sekalipun, kalau aku yang melamar untukmu, akan diberikan! Kenapa kau tidak mengawininya? Dia ke mana?”
Hauw Lam maklum akan sifat gurunya yang ugal-ugalan. Kalau saat itu Mutiara Hitam berada di situ, tentu akan diseret gurunya dan dipaksa menikah dengannya! Ia tidak mau terjadi hal seperti ini, maka ia menjawab.
“Teecu sendiri tidak tahu, Suhu. Akan tetapi menurut penuturan ibuku, Mutiara Hitam itu sesungguhnya adalah Puteri Khitan, puterinya Ratu Khitan. Ibu tidak dapat menerangkan secara jelas duduknya perkara, tapi….“
“Sudahlah. Kau pergilah ke Khitan, aku akan melamarnya dari tangan Ratu Khitan! Nah, sampai jumpa di Khitan!” Kakek itu meloncat bangun, melambai ke arah Suling Emas, berseru.
“Haii, Suling Emas! Aku pergi sekarang!” Tanpa menanti jawaban ia sudah melesat jauh dan lenyap dari pandangan mata.
Suling Emas yang sedang bercakap-cakap dengan Yu Siang Ki, hanya melambaikan tangan ke arah kakek itu. Ia sedang bicara dengan sikap sungguh-sungguh dan serius dengan pemuda itu.
Dukungan Ratusan Milenial dan Gen Z se-Kalimantan Tengah untuk Gibran Rakabuming
“Kau sendiri sudah kalah olehnya?” Suling Emas melanjutkan percakapan yang tertunda oleh teriakan Bu-tek Lojin tadi.
“Betul, Locianpwe. Dia amat lihai,” jawab Siang Ki yang tadi bercerita tentang Suling Emas palsu yang menantang-nantang Yu Kang Tianglo!
“Dia tinggal di Lembah Ang-san-kok di Gunung Heng-tuan-san, kaubilang tadi? Dan dia pandai menggunakan hui-to (golok terbang)?”….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader