BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Benar, Locianpwe.” Suling Emas mengangguk-angguk. “Hemm, urusan ini penting, harus kubereskan sendiri. Akan tetapi aku masih ada persoalan di kota raja.
Siang Ki, sekarang kaubuatlah surat, memakai nama Yu Kang Tianglo dan mengajukan tantangan kepada Suling Emas pada bulan depan tanggal lima belas di markas Khong-sim Kai-pang di Kang-hu.”
“Tapi, Locianpwe….“ Yu Siang Ki tentu saja bingung mendengar perintah yang aneh ini. “Lakukan sajalah. Kalau dia datang sebagai Suling Emas biarlah aku yang menjadi Yu Kang Tianglo. Kita lihat saja nanti.”
Yu Siang Ki akhirnya menyanggupi dan menjura sambil berpamit. Pada saat itu Tang Hauw Lam juga datang berpamit hendak. melanjutkan perjalanan.
Mereka berpisah. Suling Emas ke kota raja, Yu Siang Ki hendak mengerjakan perintah pendekar sakti itu, adapun Hauw Lam sebelum ke Khitan hendak menyampaikan kepada ibunya lebih dulu tentang maksud pelamarannya kepada Kwi Lan.
***
Kwi Lan masih pingsan ketika tubuhnya dipondong oleh Suma Kiat yang membawanya lari keluar. Pemuda ini meloncat ke atas seekor kuda dan terus mengaburkan kuda lari menuju ke selatan.
Perang tanding telah terjadi dengan hebatnya namun Suma Kiat tidak mempedulikan semua itu. Ia membalapkan kudanya dan karena orang-orang Hsi-hsia sudah mengenal siapa pemuda ini maka mereka tidak mengganggunya.
Perajurit-perajurit Khitan juga tidak menghalanginya karena pemuda yang membawa lari gadis pingsan itu tidak menyerang mereka.
Kho Ping Hoo Mutiara Hitam (Bab 523), Si kakek Cebol Butek Lojin Puas Permainkan Musuh Besarnya
Satu dua orang yang mencoba-coba menghalangi, roboh oleh pukulan tangan kiri Suma Kiat. Akhirnya ia keluar dari tempat pertempuran dan terus membalap ke selatan.
Setelah hari menjadi petang, berhentilah Suma Kiat di depan sebuah kuil tua. Kuil bobrok ini adalah kuil yang sudah kosong dan hanya dipergunakan mengaso dan bermalam mereka yang kemalaman di jalan. Kebetulan kuil itu kosong.
Suma Kiat memondong tubuh Kwi Lan memasuki kuil. Baru saja ia menurunkan tubuh gadis itu di atas lantai, Kwi Lan mengeluh dan bergerak.
Suma Kiat cepat menotok jalan darah gadis itu, membuat Kwi Lan yang sudah sadar tidak mampu bergerak karena kaki tangannya menjadi lemas.
Gadis itu membuka matanya dan teringatlah ia akan semua peristiwa yang dialami. Teringat betapa gurunya dikeroyok dan betapa ia membantu akan tetapi roboh oleh Thai-lek Kauw-ong yang lihai.
Kemudian ia melihat cahaya api menerangi kegelapan. Ketika ia melirik, ia melihat Suma Kiat sudah menyalakan lilin.
Agaknya para penghuni kuil yang kemalaman di jalan lupa membawa sisa lilin mereka dan kini dinyalakan oleh Suma Kiat.
Kemudian pemuda ini mendekati Kwi Lan dan duduk di atas lantai, wajahnya keruh dan tampak lelah. Kwi Lan berusaha mengerahkan tenaga, namun sia-sia belaka karena baru saja ia tertotok di luar tahunya.
Ia tahu bahwa suhengnya ini memiliki watak yang aneh, bahkan tidak normal seperti gurunya. Dan ia sama sekali tidak dapat menerka, apa yang hendak dilakukan pemuda ini terhadap dirinya, mengapa ia dibawa sampai ke tempat ini dan bahkan dibuat tak berdaya dengan totokan…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader