BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “….Dan yang amat mencintaimu, Kam-suheng! Cobalah kauingat-ingat, apakah engkau lupa akan Istana Pulau Es?
Lupakah engkau bahwa engkau bertahun-tahun menggembleng diri di Pulau Es dan membimbing dua orang sumoimu yang bernama Maya dan Khu Siauw Bwee?
Lupakah engkau kepada mendiang Menteri Kam Liong, kepada Mutiara Hitam, kepada Panglima Khu Tek San?”
Mendengar disebutnya Istana Pulau Es dan nama-nama itu Kam Han Ki kelihatan terkejut dan bingung.
“Istana Pulau Es….? Serasa sering aku mendengarnya, tidak asing bagiku, dan nama-nama itu…. seperti pernah kukenalnya…. ah, tidak mungkin, aku tidak ingat lagi.”
“Nah, itu tandanya engkau telah kehilangan ingatanmu, Suheng. Mana ada orang lupa akan orang tuanya? Lupa akan gurunya.”
Kam Han Ki menjatuhkan diri duduk di atas batu di hutan itu. Alisnya berkerut, mukanya pucat dan tubuhnya berpeluh karena ia memeras ingatannya.
Namun sia-sia belaka, dia tidak ingat apa-apa lagi. “Orang tuaku? Guruku? Pulau Es? Aihh, Nona, aku benar-benar menjadi bingung.
Seperti pernah kukenal baik, dan tak mungkin aku lupa akan orang tua dan guruku, akan tetapi sungguh mati, aku tidak ingat lagi….”
“Dan aku adalah seorang di antara kedua sumoimu, aku bernama Khu Siauw Bwee. Ah, Suheng…. bertahun-tahun kita tinggal bertiga di Pulau Es.
Engkau menjadi guruku, juga sahabatku, benar-benar engkau tidak ingat kepadaku lagi….” Siauw Bwee tak dapat menahan lagi kesedihan hatinya dan ia menangis tersedu-sedu. Han Ki menjadi makin bingung.
“Nona…. jangan menangis, engkau membikin aku makin bingung. Biarlah aku tanyakan semua itu kepada Bu-loheng…. dia tentu tahu….”
“Jangan….! Dia itu adalah musuh kita, dialah yang membuat kau kehilangan ingatan, Suheng. Kalau engkau kembali kepadanya, setelah melihat bahwa aku tahu rahasianya, tentu mereka itu akan mencelakaimu!”
“Ha-ha, jangan menyangka yang bukan-bukan, Nona. Dia adalah kakak angkatku, satu-satunya orang yang amat baik kepadaku.
Dia telah menolongku, merawatku, memberiku kedudukan tinggi dan kepercayaan.” “Kam-suheng, kaukasihanilah aku. Kauturutlah bersamaku untuk diobati oleh supekku.
Supek Coa Leng Bu adalah seorang ahli pengobatan yang lihai, dia tentu akan memulihkan ingatanmu dan engkau akan dapat mengingat segala hal yang telah lalu, yang telah kaulakukan.
Marilah, Suheng, dia menanti di hutan pohon pek, marilah….” Siauw Bwee memegang tangan Han Ki dan ditarik-tariknya. Akan tetapi Han Ki mempertahankan diri dan akhirnya berkata.
“Bukan aku tidak percaya kepadamu, Nona. Akan tetapi, amat tidak enak kalau aku meninggalkan Bu-loheng begitu saja. Pula, aku akan menanyakan riwayatku yang telah kulupakan itu kepadanya.
Kalau dia tidak dapat menjawab, baru aku akan datang mencarimu dan menerima pengobatan supekmu.” Tiba-tiba Siauw Bwee melepaskan tangan Han Ki.
“Kalau engkau berkeras, baiklah, aku akan pergi pula ke sana menemui Bu-koksu.” “Heh? Susah payah kau kularikan, sekarang hendak kembali? Apa kau mencari mati?”
“Biarlah. Aku akan mengamuk dan membunuh Koksu, kalau aku gagal…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader