BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Telah menjadi seorang dara dewasa yang amat cantik jelita, dan melihat Coa Leng Bu yang juga tidak dikenalnya.
Namun yang ia dapat duga tentu merupakan dua orang yang berilmu tinggi, diam-diam dia memperhatikan dan timbul keinginan hatinya menarik kedua orang itu menjadi pembantunya.
Atau kalau ternyata kedua orang itu berada di pihak musuh, membasminya di saat itu juga sebelum kelak mereka merupakan penghalang dan pembantu-pembantu musuh yang lihai.
Karena dia hanya menduga saja kelihaian dua orang itu dari sikap dan kedudukan tubuh mereka, maka dia ingin menguji.
Di atas meja di depannya terdapat taplak meja dari kain. Jari-jari tangan kirinya merobek ujung taplak, lalu dipelintirnya menjadi dua butir kecil dan dengan telunjuknya.
Ia menyentil kedua butir kain itu ke arah Siauw Bwee dan Coa Leng Bu. Dua butir kain itu melesat dengan cepat luar biasa, tidak tampak oleh pandang mata yang lain.
Kecuali oleh para panglima yang lihai yang maklum akan niat atasan mereka dan hanya memandang sambil tersenyum.
Sambaran dua butir gulungan kain itu mendatangkan desir angin yang cukup untuk ditangkap oleh pendengaran kedua orang itu.
Coa Leng Bu terkejut sekali, maklum bahwa ada senjata rahasia menyambar ke arah lehernya. Cepat dia menjatuhkan sumpitnya dari atas meja dan membungkuk untuk mengambil sumpit itu.
Padahal gerakan ini adalah gerakan mengelak sehingga benda kecil itu menyambar lewat. Tentu saja Siauw Bwee yang jauh lebih lihai daripada Leng Bu.
Maklum pula bahwa Pek-mau Seng-jin menyerangnya. Dia mengibaskan tangannya mengusir beberapa ekor lalat dari atas meja sambil mengomel, “Ihhh, banyak benar lalat di sini!”
Bagi orang lain, hanya kelihatan dara jelita itu mengusir lalat, akan tetapi lalat-lalat itu terbang ketakutan, sedangkan di antara jari tangannya terjepit benda kecil yang tadi menyambar ke arah lehernya!
Tadinya Siauw Bwee terkejut dan mengira bahwa Koksu Negara Yucen itu agaknya mengenalnya dan menyerang.
Akan tetapi ketika ia menangkap senjata rahasia itu dan mendapat kenyataan bahwa benda itu hanyalah segumpal kecil kain.
Dan yang diserang tadi hanyalah jalan darah yang tidak berbahaya dan hanya akan mendatangkan kelumpuhan tanpa membahayakan keselamatannya.
Maka tahulah dia bahwa kakek berambut putih itu hanya mengujinya, ingin membuktikan bahwa dia dan supeknya adalah orang-orang yang lihai. Maka menyesallah Siauw Bwee.
Kalau tahu demikian, tentu dia akan membiarkan saja gumpalan kain itu mengenai lehernya agar jangan menimbulkan kecurigaan.
Kini telah terlanjur, maka dia bahkan menjadi mengkal, menoleh ke arah meja rombongan itu dan diam-diam meremas hancur gumpalan kain menjadi debu.
Kemudian dia meniup tangan kirinya dan…. debu itu melayang ke arah meja rombongan Pek-mau Seng-jin. Para Panglima Yucen terkejut sekali.
Tak mereka sangka bahwa dara jelita itu ternyata benar-benar sakti, dan diam-diam mereka pun kagum akan ketajaman pandang mata Pek-mau Seng-jin.
Kalau tidak menduga bahwa dara itu lihai, tentu koksu Yucen itu tidak sudi sembarangan main-main dengan orang! Pek-mau Seng-jin tersenyum puas. Tak salah dugaannya……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader