BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Terbelalak memandang kearah tubuh yang tergantung di sudut, tubuh yang tak bergerak-gerak, tubuh Kim Hwa yang lehernya terikat ikat pinggang dan tergantung pada tiang melintang.
Sebuah bangku roboh terguling di bawah kakinya. Suma Hoat memaksa kakinya melangkah, kakinya menggigil, wajahnya pucat, bibirnya gemetar.
Bergerak-gerak namun tak mengeluarkan suara, kedua lengannya diulur ke depan, siap memeluk, hatinya menjerit.
“Kekasihku, marilah…. kenapa kau tidak menyambut aku….?” Akan tetapi tubuh itu masih tergantung tak bergerak dan ia terhuyung ke depan, pandang matanya gelap, mengharapkan semua ini hanya mimpi.
Digigitnya bibirnya sendiri sampai robek berdarah, namun tetap saja tubuh kekasihnya itu tergantung, tak bergerak.
“Kim Hwa….!” Jeritnya meledak dari dasar hatinya dan pemuda itu terguling roboh, pingsan di bawah kaki mayat Kim Hwa yang masih tergantung!
Pintu kamar ditendang roboh oleh Menteri Kam Liong yang berlari-lari mendengar jerit dari kamar itu. Mereka semua masuk dan berdiri terbelalak memandang berganti-ganti ke arah mayat Kim Hwa yang tergantung lehernya dan tubuh Suma Hoat yang rebah pingsan.
“Kim Hwa anakku….!” Ciok Khun berseru akan tetapi ia ditahan oleh bangsawan Thio ketika hendak menubruk maju karena khawatir menyaksikan kehadiran Suma Hoat.
“Suma Hoat….!” Kam Liong berseru memanggil keponakannya dengan suara berat. Suma Hoat bergerak perlahan, mengeluh lalu berdongak.
“Kim Hwa….!” Ia menjerit lagi, meloncat bangun dan sekali renggut putuslah ikat pinggang yang mengikat leher dan memutuskan nyawa gadis itu.
Dipondongnya tubuh itu, lalu dipangkunya, diciumnya muka itu didekap kepalanya.”Kim Hwa….! Kekasihku…. Isteriku…. kau…. kau…. aduh, Kim Hwa…. mengapa kau membunuh diri….?”
Suma Hoat menangis, mengguguk diatas dada mayat kekasihnya. Kemudian ia mengangkat muka, memandang wajah kekasihnya yang matanya terpejam seperti orang tidur Lalu ia memondong tubuh itu.
Perlahan dibawanya tubuh itu ke atas ranjang, direbahkannya hati-hati, lalu diselimutinya dan ia berkata lirih, “Kekasihku, engkau tentu lelah, ya? Engkau mengantuk? Tidurlah manis, tidurlah nyenyak. Biar aku menjagamu….”
Kemudian matanya terbelalak, seolah-olah ia baru tahu bahwa kekasihnya yang disangkanya tidur itu tak bernapas lagi dan, ia menggerak-gerakkan bibir tanpa ada suara yang keluar!
Kemudian ia mengeluh dan merintih, seperti anak kecil kebingungan, diguncang-guncangnya pundak Kim Hwa, dan terdengar keluhannya.
“Kim Hwa, engkau…. engkau mati….? Ah, mana bisa…. engkau…. aduuhhh…. engkau benar-benar mati? Kim Hwa….!”
Untuk kedua kalinya tubuhnya terguling roboh pingsan sambil mendekap tubuh dara itu yang masih hangat namun yang sudah tak bernyawa lagi.
Sepasang mata Kam Liong menjadi basah. Ia mengangguk-angguk dan berkurang banyaklah kemarahannya terhadap Suma Hoat.
Jadi begitukah, pikirnya. Ternyata ada jalinan cinta kasih yang demikian mendalam antara mereka. Ketika ia melirik, ia melihat wajah Ciok Khun pucat….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader