BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Kota itu. Rumahnya sudah habis dirampok dan suaminya mati terbunuh, bahkan sekeluarga mereka.
Hanya nyonya itu dan anak gadisnya yang berhasil melarikan diri melalui pintu belakang, ditolong oleh kusir mereka yang setia.
Akan tetapi sial bagi mereka, di tengah jalan mereka dihentikan oleh pasukan tadi, kusir mereka dibunuh dan hampir saja mereka menjadi korban kebuasan perajurit-perajurit Mancu.
Kalau saja tidak tertolong oleh Siauw Bwee. Nyonya bangsawan itu bersama puterinya berlutut menghaturkan terima kaaih kepada Siauw Bwee.
Akan tetapi dara perkasa ini membangunkan mereka sambli berkata, “Dalam keadaan seperti ini, tidak ada tolong-menolong dan sudah semestinya kalau klta yang senasib saling melindungi.
Sekarang pun aku dan supekku minta perlindungan kalian, agar kami diperbolehkan bersembunyi di rumah ini sampai malam. Menjelang tengah malam, kami akan berusaha menyelundup keluar kota.”
“Lihiap telah menolong keluarga kami, tentu saja Lihiap boleh sembunyi di sini,” kata adik nyonya bangsawan pemilik toko obat itu.
Coa Leng Bu dan Siauw Bwee mendapatkan dua buah kamar di ruangan paling belakang dan setelah mengisi perut dengan hidangan yang hangat, mereka berdua mengaso dan bercakap-cakap.
“Kita baru dapat keluar kalau keadaan sudah gelap sekali. Kita harus dapat melewati tembok kota dan sebaiknya kalau aku yang lebih dulu mencari jalan keluar.
Tembok kota raja luar terkurung air dan kurasa penjagaan amat ketat. Engkau akan menimbulkan banyak perhatian apalagi para pasukan itu seperti serigala kelaparan kalau melihat wanita muda.
Kau tunggu saja di sini, aku akan menyamar sebagai seorang pengungsi yang mencari keluarganya yang tercerai dalam keributan dan akan kucari bagian yang paling lemah untuk diterobos.
Kau menanti di sini dan beristirahatiah.” Siauw Bwee tak dapat membantah. Biarpun dia jauh lebih lihai daripada supeknya, akan tetapi dia adalah seorang wanita muda yang tentu akan menimbulkan banyak kesukaran dalam usaha itu.
“Baiklah, Coa-supek. Akan tetapi harap Supek berhati-hati. Pihak Pasukan Mancu mempunyai banyak orang pandai sehingga Koksu sendiri yang dibantu orang-orang sakti sampai dapat dikalahkan dan kota ini diduduki.
Memang aku harus keluar dari sini untuk mengejar Kam-suheng.” Mendengar ini Coa Leng Bu mengerutkan alisnya dan ia teringat akan pemuda tampan yang lihainya bukan main itu, lalu ia menghela napas.
“Telah kuperhatikan ketika mendengar engkau menyebut suheng kepada pemuda sakti itu. Sungguh beruntung sekali mataku dapat memandang murid Locianpwe Bu Kek Siansu, penghuni Istana Pulau Es!
Akan tetapi, menurut penglihatanku berdasarkan pengalaman, suhengmu itu berada dalam keadaan yang tidak wajar, Khu-lihiap.”
“Itulah yang membingungkan hatiku, Supek. Dia tidak mengenalku, bahkan melawanku! Bagaimana mungkin hal seperti itu terjadi?
Apakah dia berpura-pura dan terpaksa bersikap seaneh itu?” Coa Leng Bu menggeleng kepala. “Tidak, Lihiap.
Kalau aku tidak salah duga suhengmu itu tentu telah diracuni dengan semacam I-hun-san (bubuk perampas ingatan).
Sehingga dia lupa akan segala hal yang lalu dan dijadikan pengawal boneka oleh Bu-koksu.” “I-hun-san….?” Siauw Bwee memandang dengan mata terbelalak penuh …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader