BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Merupakan Kwa-huciang, pembantu utamanya, menyambut serbuan musuh itu dengan membawa tiga ribu orang perajurit.
Kini terjadilah perang yang lebih hebat lagi, sebagian berkuda, sebagian pasukan berjalan kaki dan makin banyaklah kini darah berhamburan, nyawa melayang dan debu mengebul makin tinggi.
Panglima Maya mempergunakan sisa pasukannya untuk menyerbu ke benteng dan di pihak Sung mengadakan perlawanan, menghujankan anak panah dari atas tembok yang dibawa oleh pihak penyerbu.
Karena kalah banyak jumlahnya, akhirnya pihak musuh dapat menyerbu masuk dan Koksu yang dilindungi oleh Han Ki membuka jalan darah.
Melarikan diri dari belakang merobohkan pihak penyerbu yang mengurung kota itu dari belakang pula.
Berkat kelihaian Han Ki, akhirnya Bu-koksu, beberapa orang panglima, Kepala Daerah Sian-yang, dapat melarikan diri menunggang kuda dan terus lari ke selatan.
Menuju ke kota Ta-tung di mana terdapat benteng lebih besar dan kuat lagi sebagai benteng pertahanan dekat kota raja.
Pihak pasukan yang mempertahankan kota Sian-yang, sebagian pula ada yang berhasil menyelamatkan diri ke selatan.
Akan tetapi lebih banyak yang roboh dan tewas menjadi korban amukan tentara Mancu yang bergabung dengan pasukan tentara pemberontak.
Penyerbuan kota itu menjadi mudah berhasil berkat pengacauan dari dalam yang dilakukan anak buah Panglima Maya.
Dalam keributan ketika pasukan Mancu menyerbu, Siauw Bwee dan Coa Leng Bu yang tadinya bersembunyi di atas pohon itu cepat meloncat turun.
Dan terpaksa melarikan diri memasuki kota dan bersembunyi di dalam sebuah kuil tua di mana ternyata sudah terdapat banyak orang bersembunyi pula.
Sudah menjadi lajimnya manusia-manusia di dunia ini, perang antara manusia mendatangkan malapetaka hebat di mana perikemanusiaan sudah diinjak-injak, nyawa manusia tidak ada harganya.
Nafsu membunuh, merusak, menyiksa dan kebencian meluap-luap. Di dalam perang biasanya yang menang seperti harimau haus darah.
Ingin membunuh sebanyak mungkin, ingin menyiksa sepuas hatinya karena selalu teringat olehnya bahwa kalau dia kalah, maka dialah yang akan tersiksa dan terbunuh.
Soalnya hanya siapa yang lebih dulu membunuh, dia wenang! Kemudian akibat kemenangan ini membuat mereka yang haus darah menjadi kejam sekali.
Perampokan terjadi di mana-mana, pembunuhan, penyiksaan dan perkosaan! Dengan dalih “pembersihan”, bala tentara Mancu memasuki setiap rumah penduduk.
Dan membunuh siapa saja yang dicurigai, mengambil barang-barang berharga, dan wanita-wanita muda diganggunya, diperkosa atau dibunuhnya kalau melawan!
Jerit tangis membubung tinggi di angkasa, rintihan mohon pengadilan dan perlindungan. Namun, dalam perang, siapakah yang akan mengadili dan melindungi?
Semua hak mutlak berada di tangan yang menang. Andaikata keadaannya terbalik, pihak yang kalah itu yang menjadi penyerbu dan pemenang, keadaannya takkan berbeda banyak.
Memang sudah menjadi sifat manusia pada umumnya. Jika kalah dan menderita minta-minta ampun dan mohon perlindungan Tuhan dan semua dewa, kemudian mengandung dendam kebencian yang hebat.
Kalau sedang menang dan jaya lupa akan …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader