BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Terutama sekali dimaksudkan untuk mengangkat semangat pasukannya dan untuk membikin jerih pihak musuh.
Panglima Mancu yang bertubuh tinggi besar itu mengeprak kudanya maju, menyeret golok panjangnya menyambut majunya Panglima Sung yang bermuka kuning.
Begitu kuda mereka berhadapan, terdengar bunyi nyaring berkali-kali beradunya golok dan tombak panjang, trang-tring-trang-tring diiringi ringkik kuda dan sorakan pasukan kedua pihak.
Pertandingan itu berlangsung seru sekali dan ternyata bahwa kepandaian kedua orang panglima itu seimbang.
Mungkin panglima muka kuning itu lebih gesit, akan tetapi jelas dia kalah tenaga sehingga hal ini membuat keadaan mereka berimbang dan pertandingan mati-matian itu berjalan makin seru.
Sungguh tidak beruntung bagi panglima muka kuning, ketika lawannya menghantam sekuat tenaga dengan golok panjang dan dia menangkis dengan tombak.
Hantaman yang amat kuat itu membuat tombaknya hampir terlepas dari pegangan, kudanya meringkik kesakitan karena tertusuk tombak yang hampir terlepas dan kuda itu berjingkrak.
Hal ini membuat panglima muka kuning kehilangan keseimbangan tubuhnya sehingga ketika golok lawan menyambar dan ia kembali menggerakkan tombak menangkis, tombaknya menjadi patah.
Terpaksa ia mencabut pedang dan dengan senjata yang pendek ia terdesak hebat oleh lawannya yang bersenjata golok bergagang panjang.
Sorak-sorai pasukan Mancu yang menyambut kemenangan panglimanya disambut serbuan tentara Sung di bawah pimpinan para perwira pembantu panglima muka kuning.
Tentu saja pasukan Mancu tidak tinggal diam dan menyambut serbuan ini dengan sorak-sorai makian.
Terjadilah perang yang dahsyat antara dua ribu orang perajurlt itu, perang campuh di atas kuda yang menggiriskan hati Siauw Bwee dan Coa Leng Bu.
Mereka berdua dapat melihat betapa dua ribu orang itu saling bunuh, darah muncrat-muncrat, mayat bergelimpangan terinjak-injak kuda, jerit-jerit kesakitan.
Teriakan-teriakan kemarahan, tawa dan tangis bercampur-aduk memenuhi udara bercampur debu yang mengebul tinggi!
Pasukan Mancu itu adalah pasukan yang terlatih baik menurut petunjuk Panglima Wanita Maya maka mereka bertanding dengan semangat tinggi.
Kuda mereka pilihan dan mereka mempunyai kerja sama yang lebih baik sehingga akhirnya pasukan dari benteng itu terdesak dan kewalahan.
Panglima muka kuning itu tewas dan beberapa orang perwira pembantunya juga tewas, maka sisa pasukan yang kehllangan dua ratus orang lebih itu mundur melarikan diri ke benteng.
Dikejar oleh pasukan musuh. Koksu yang marah sekali melihat ini, memerintahkan serdadu-serdadu penjaga di benteng menghujankan anak panah ke arah musuh.
Kemudian dia menyuruh muridnya sendiri, Ang-siucai yang kini telah memakai pakaian panglima, memimpin dua ribu orang perajurit menyerbu keluar.
Pasukan pengejar yang dihujani anak panah itu menghentikan pengejaran, kemudian merekalah yang mengundurkan diri karena ada aba-aba dari belakang agar mereka mundur.
Panglima Wanita Maya melihat keluarnya pasukan baru yang jumlahnya dua ribu orang lalu memerintah…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader