BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Taijin, mohon Paduka sudi menolong hamba….!” Bangsawan Thio setengah menangis ketika menghadap Menteri Kam Liong.
Kemudian melaporkan tentang peristiwa yang menimpa keluarganya dan yang mengancam pencemaran nama keluarganya.
Adiknya yang sudah duda akan menikah dengan puteri keluarga Ciok, akan tetapi ketika keluarga itu berangkat ke kota raja, di tengah jalan diganggu perampok dan ditolong oleh Suma-kongcu.
“Sekarang tiba-tiba Suma-ciangkun mengajukan pinangan kepada Ciok Khun, meminang puterinya untuk Suma-kongcu!
Padahal, dara itu telah menjadi calon isteri adik hamba, Taijin. Kalau sampai dibatalkan, bagaimana pendapat oraang akan nama baik keluarga hamba?”
Menteri Kam Liong mengerutkan alisnya. Dia cukup mengenal adik misannya, Suma Kiat atau Suma-ciangkun yang banyak mengumpulkan selir-selir muda yang cantik dengan cara apa pun, kalau perlu dengan kekerasan.
Dia pun sudah mendengar akan watak Suma Hoat, putera tunggal adik misannya itu yang terkenal sebagai seorang pemuda mata keranjang dan sudah biasa berkeliaran ke rumah-rumah pelacuran.
Kini, menghadapi peristiwa ini tentu saja ia menjadi marah dan menganggap bahwa keluarga Suma tidak patut, hendak merampas calon isteri orang lain!
“Hemmm, sungguh tidak benar perbuatan itu! Jangan khawatir, sekarang juga aku akan menulis surat kepada Suma-ciangkun agar suka menarik kembali pinangannya dan minta maaf kepada Ciok Khun!”
Bangsawan Thio tiba-tiba menjatuhkan diri berlutut. “Terima kasih atas bantuan Taijin, akan tetapi…. uhhh….”
“Apa lagi?” Menteri Kam Liong membentak karena hatinya kesal mendengar urusan yang tidak menyenangkan hatinya itu.
Mengenai pinangan itu, kalau Taijin mencampuri, tentu beres dan hamba bersyukur sekali. Akan tetapi, sungguh hamba sekeluarga bingung menghadapi Suma-kongcu….”
“Dia kenapa?” Menteri Kam Liong mengerutkan alisnya. “Dia…. setiap malam…. mengunjungi Ciok Kim Hwa di kamarnya…. hamba sekeluarga mana berani mengganggunya?”
“Apa….!” Menteri itu menggebrak meja dan bangkit berdiri. “Bocah kurang ajar! Biar aku sendiri yang akan menghadapinya setelah surat kukirim dan pinangan ditarik kembali. Kalau dia masih berani mengganggu, aku sendiri yang akan menghajarnya. Pergilah!”
Bangsawan Thio mengundurkan diri dengan ketakutan melihat menteri itu marah-marah. Menteri Kam Liong lalu menulis surat setelah menenggak araknya untuk mengusir perasaan marah di hatinya.
Berulang kali ia menarik napas, teringat akan nenek moyang keluarga Suma yang tidak patut. Ketika menerima surat dari kakak misannya, Panglima Suma Kiat mengepal-ngepal tinju dengan hati bingung.
Dia ditangisi Suma Hoat, dipaksa meminang Ciok Kim Hwa dan hal itu telah dilakukannya. Siapa kira, kini Menteri Kam Liong turut campur dan tentu saja dia tidak berani membantah.
Segera dikirimnya utusan kepada keluarga Ciok yang tinggal mondok di gedung keluarga bangsawan Thio, membatalkan pinangan.
Berita ini diterima dengan penuh kegembiraan oleh Ciok Khun dan keluarga Thio. Akan tetapi, diterima dengan ratap tangis oleh Kim Hwa di dalam kamarnya yang mengunci pintu dan tidak mau makan, hanya menangis saja dalam kamar tertutup…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader