BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ketika Suma Hoat pulang, dia disambut oleh maki-makian ayahnya yang marah-marah dan menganggap puteranya itu membikin malu saja.
Mula-mula Suma Hoat menjadi heran dan bingung, akan tetapi ketika mendengar bahwa ayahnya terpaksa membatalkan pinangan terhadap Kim Hwa karena teguran Menteri Kam Liong.
Pemuda ini hampir pingsan dan lari ke kamarnya, menangis, dan meninu-ninju kasur. Wajahnya menjadi pucat sekali dan hatinya hancur.
“Aku akan lari bersamanya!” Ia berkata seorang diri, matanya menjadi merah dan liar. “Malam ini aku mengajak dia larl minggat! Itulah jalan satu-satunya!”
Malam itu gelap sekali. Hujan turun rintik-rintik sejak sore, membuat hawa menjadi dingin, cuaca gelap dan keadaan sunyi senyap.
Di ruangan dalam gedung bangsawan Thio. Menteri Kam Liong dijamu penuh kehormatan oleh bangsawan Thio, adiknya calon pengantin, duda yang usianya sudah lima puluh tahun, dan ditemani pula oleh Ciok Khun.
Menteri Kam Liong diundang selain untuk dijamu dan sebagai tanda terima kasih keluarga itu, juga Menteri ini memenuhi janjinya untuk mencegah Suma Hoat mengganggu Ciok Kim Hwa di kamarnya.
Para penjaga sudah disiapkan bersembunyi di sekeliling kamar Kim Hwa, bertugas mengintai kalau-kalau Suma kongcu datang di kamar itu seperti biasa.
Datang seperti setan karena pemuda ini datang melalui genteng dan bergerak cepat seperti burung saja. Mereka hanya bertugas mengintai, karena untuk menangkap tentu saja mereka tidak berani.
Untuk tugas itu, mereka mengharapkan bantuan Menteri Kam Liong yang selain tinggi ilmunya, juga tinggi kedudukannya dan masih pek-hu (uwa) dari pemuda bangsawan yang lihai itu.
Sesosok bayangan berkelebat dan para penjaga cepat lari memberi laporan kepada mereka yang masih makan minum di ruangan dalam.
Mendengar laporan ini merah wajah Kam Liong dan bergegas mereka semua lari menuju ke kamar dara itu.
Bangsawan Thio bersama adiknya di depan, disusul Ciok Khun dan paling belakang adalah Menteri Kam Liong yang bersikap tenang sungguhpun hatinya panas, malu dan marah.
Betapapun juga, Suma Hoat adalah keponakannya dan perbuatan itu berarti mencemarkan nama baiknya pula.
Bayangan itu memang Suma Hoat yang bergegas memasuki kamar kekasihnya melalui genteng. Sambil membongkar genteng ia membayangkan betapa kali ini kekasihnya tentu tidak menyambut dengan ciuman dan pelukan gembira seperti biasa.
Dan mungkin akan menyambutnya dengan tangisan, akan tetapi ia sudah mengambil keputusan untuk membawa lari kekasihnya, menghiburnya dan membahagiakannya.
Setelah berhubungan cinta dengan Kim Hwa, ia tidak suka menoleh ke arah wanita lain, seolah-olah ia muak terhadap wanita lain. Ia sudah menemukan cintanya!
Jangan khawatir, kekasihku, kita akan hidup, ia berbisik, sambil menutupkan kembali genteng agar jangan kemasukan air hujan.
Kemudian membuka langit-langit dan meloncat turun dengan ringan sekali ke dalam kamar. Ia menduga bahwa Kim Hwa tentu menelungkup di ranjang sambil menangis.
Setelah kedua kakinya menginjak lantai, ia menghampiri pembaringan, membuka kelambu dan…. pembaringan itu kosong!
Matanya mencari-cari dan seperti ada sesuatu yang mendorongnya, ia membalikkan tubuh ke kanan dan…. ia tersentak kaget, napasnya terhenti seketika, kedua kakinya menggigil, matanya….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader