BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – “Di mana penjahat itu? Bagaimana engkau dapat lolos, Twako?” “Bwee-moi, Supek, mereka itu ternyata bukanlah penjahat-penjahat, melainkan utusan-utusan rahasia dari pemerintah.
Mereka membebaskan aku di sini untuk mengurus jenazah Gi-hu, dan mereka tadinya menawan kami berdua hanya untuk dapat mempergunakan kami sebagai perisai ketika mereka keluar dari lembah.
Mereka adalah orang-orang pemerintah dan aku sendiri telah melihat surat kuasa dan surat perintah mereka.
Bahkan Ang Hok Ci itu adalah murid dari Bu Kok Tai, koksu negara yang sengaja mengutusnya ke lembah untuk mengambil kitab peninggalan Bu-tek Lo-jin.”
“Siapa pun dia, jelas dia adalah seorang penipu, pencuri, pembunuh dan pengacau terkutuk!” kata Coa Leng Bu. “Yu-twako, di mana mereka?”
“Mereka memasuki kota Sian-yang untuk menghadap Bu-koksu yang kebetulan berada di kota itu. Aku ditinggalkan di sini untuk mengurus jenazah Gi-hu.
Bwee-moi, setelah kita ketahui bahwa mereka itu adalah utusan-utusan pemerintah, perlukah kita melibatkan diri?”
“Yu-twako! Aku tidak peduli mereka itu utusan pemerintah atau utusan raja sorga maupun raja neraka!
Yang jelas, mereka adalah pengacau-pengacau busuk yang telah menimbulkan malapetaka di atas tebing dan di lembah, dan mereka telah menyebabkan kematian Gi-hu.
Bahkan telah mencuri kitab peninggalan Bu-tek Lo-jin! Perbuatan mereka itu cukup bagiku untuk memusuhi mereka, tidak peduli mereka itu orang macam apa! Bagaimana dengan pendapatmu, Twako?”
Yu Goan mengerutkan alisnya dan menarik napas panjang. “Bwee-moi, maafkan aku. Ayah bundaku dan kakekku telah memesan dengan sungguh-sungguh sebelum aku pergi merantau.
Agar aku tidak melakukan perbuatan yang melawan dan menentang pemerintah, bahkan menganjurkan agar aku membantu pemerintah, menjadi pahlawan dan patriot demi kepentingan tanah air dan bangsa.
Karena itu, mana mungkin aku menentang mereka yang ternyata tidak membunuhku, malah membebaskan aku dan memberi surat perkenalan kepada komandan pasukan di Sian-yang?
Bwee-moi, harap engkau sadar bahwa mereka itu pun hanya petugas-petugas belaka, dan kalau kita memusuhi mereka sama artinya dengan memusuhi pemerintah.
Mungkinkan kita memusuhi pemerintah yang berarti memusuhi bangsa sendiri?” Siauw Bwee tersenyum pahit.
“Twako, banyak orang yang tidak tahu bahwa pemerintah tidaklah sama dengan bangsa!
Jalannya pemerintahan berada di tangan raja dan semua pembantunya, dan justeru pembantu-pembantunya yang menjadi pelaksana banyak sekali yang tidak benar dan jahat!
Demikian jahat dan liciknya mereka ini sehingga orang-orang yang benar-benar berjiwa pahlawan dapat dianggap pengkhianat
Sedangkan pengkhianat-pengkhianat dan penjahat-penjahat macam orang she Ang itu bisa saja dianggap pahlawan!”
“Aku akan mengejar ke Sian-yang, harus mendapatkan kembali kitab pusaka, dan membunuh orang she Ang. Apakah Ji-wi mau ikut?”
Coa Leng Bu yang merasa tidak sabar mendengar perdebatan itu, berkata dan meloncat ke depan meninggalkan mereka. “Aku ikut, Supek! Twako, apakah engkau mau pergi juga? …..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader