BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Itu, menahan air matanya sendiri dan mengeraskan suaranya, “Twako! Begini lemahkan engkau? Seorang pemuda gagah perkasa, begini sajakah kekuatan batinmu?”
Yu Goan memandang dara itu, lalu memejamkan mata dan menundukkan mukanya. “Maafkan aku…. maafkan….” Siauw Bwee mengguncang kedua lengan pemuda itu.
“Yu-twako! Engkau mengatakan bahwa engkau cinta kepadaku, akan tetapi kalau ternyata bahwa engkau menderita batin karena aku tidak bisa membalas cintamu.
Berarti bahwa engkau bukan mencinta aku melainkan mencinta dirimu sendiri!” Yu Goan mengangkat mukanya yang basah air mata, memandang terbelalak.
“Apa maksudmu, Bwee-moi?” “Di balik cintamu itu tersembunyi nafsu mementingkan diri sendiri, tersembunyi keinginan untuk menyenangkan diri sendiri.
Kau ingin dicinta, ingin memiliki, itu bukanlah cinta sejati, Twako, melainkan cinta diri yang bergelimang nafsu.
Karena di balik cintamu bersembunyi hal-hal itulah maka engkau menjadi berduka dengan merasa sengsara ketika mendengar bahwa aku tidak dapat membalas cintamu!
Renungkanlah, Twako, siapakah yang kaucinta itu? Aku ataukah dirimu sendiri?” Yu Goan termenung, tangannya mengusap air mata yang membasahi pipi, kemudian ia mengangguk.
“Akan tetapi…. adakah cinta yang murni, tanpa keinginan untuk tidak berpisah lagi selamanya dari orang yang dicintanya?” “Tentu saja ada, Twako.
Cinta murni melupakan keinginan hati sendiri, hanya ingin melihat orang yang dicintanya bahagia. Karena kita yakin bahwa aku tidak mungkin membalas cinta kasihmu, robahlah cintamu itu.
Bersihkan daripada nafsu berahi. Lihatlah, aku memegang tanganmu, tanpa getaran nafsu, akan tetapi dengan rasa cinta sepenuhnya, cinta saudara. Dapatkah engkau merasakan itu, Twako?”
Yu Goan memandang tajam, kemudian menghela napas panjang dan mengangguk. Aku mengerti, Bwee-moi.”
Ia lalu meraih tubuh dara itu dan mencium dahinya, ciuman yang lembut dan bersih daripada nafsu, jauh daripada kemesraan kasih sayang lawan kelamin.
Siauw Bwee dapat melaksanakan pula hal ini, maka dia tidak kaget, tidak membantah, dan diam-diam ia merasa bersyukur dan kagum bahwa pemuda itu benar-benar seorang yang memiliki budi pekerti yang bersih.
Yu Goan menekan keharuannya dan melepaskan pelukannya. Mereka hanya duduk berhadapan, saling berpegang tangan.
Kini terbayang senyum di bibir Yu Goan biarpun pada matanya yang biasanya tajam penuh kegembiraan itu.
Kini berganti pandang sayu tanda bahwa hatinya terluka oleh ujung anak panah Dewa Cinta yang beracun.
“Bwee-moi, terima kasih. Aku memang bodoh sekali, bodoh karena mementingkan diri sendiri saja. Bwee-moi, kalau boleh aku bertanya, apakah cinta kasihmu terhadap pria yang berbahagia itu.
“Juga murni dan bersih daripada nafsu?” Wajah Siauw Bwee tiba-tiba menjadi merah sekali dan ia menggenggam tangan Yu Goan ketika menjawab.
“Aku…. aku juga bodoh seperti engkau, Twako. Aku…. aku mencinta dia seperti engkau mencintaku tadi……BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader