BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Ia mengeluarkan jerit tertahan dan menangis. “Diamlah, Moi-moi, diamlah manis…. syukur bahwa engkau hanya terluka kecil saja, tergores cakar harimau laknat….!” Suma Hoat telah menaruh obat bubuk ke atas luka kecil itu.
Darah telah berhenti dan kini, seperti tak disadarinya, jari tangannya mengelus kulit di seputar luka. Matanya tak pernah berkedip memandang wajah itu, dada yang terbuka itu, leher itu dan ia terpesona.
Kim Hwa tadinya memejamkan matanya, kemudian kesadarannya kembali dan mulailah dia merasa betapa dadanya tak tertutup lagi, betapa tangan yang hangat menggetar-getar itu mengelus-elus dan membelainya.
Ia membuka matanya perlahan melihat wajah yang tampan, mata yang penuh kemesraan itu memandangnya, dada yang bidang itu pun tak berbaju karena bajunya tadi dipakai mencuci lukanya.
Perasaan aneh dan mesra memenuhi rongga dada Kim Hwa. Seperti disentakkan ia menangkap tangan yang mengelus dadanya, membawanya ke depan hidung dan mulut, menciumi tangan pemuda yang telah dua kali menyelamatkan nyawanya.
Moi-moi….!” Suma Hoat tak dapat menahan getaran hatinya dan ia menjatuhkan mukanya ke atas dada itu. “Koko….!”
Kim hwa terisak, memeluk kepala itu, lalu perlahan menarik kepala itu sehingga dekat, dengan sinar mata yang mengeluarkan seluruh perasaan hati mereka.
Dengan napas terengah yang saling meniup muka mereka, kemudian dua muka yang sama eloknya itu saling mendekat, dua pasang lengan saling rangkul, saling mendekap.
“Moi-moi….!” “Koko….!” Mereka terisak, berciuman seperti tak sadar lagi. Akhirnya Suma Hoat tersentak kaget. Belum pernah ia merasai seperti ini.
Dia sudah biasa bermain cinta dengan wanita cantik, akan tetapi mereka itu wanita-wanita yang menjual cinta! Dan dia hanya menurutkan dorongan nafsu belaka. Sekarang jauh sekali bedanya!
Di samping nafsu yang bergolak dan menindih membakar seluruh urat syaraf di tubuhnya, terdapat perasaan lain.
Dia tidak ingin menyusahkan Kim Hwa, dia tidak ingin mengganggu dara ini, dia menaruh kasihan dan kesayangan yang luar biasa. Dia rela mati untuk kebahagiaan dara ini!
Sungguh bedanya seperti bumi dengan langit dibandingkan dengan wanita-wanita yang biasa dicintanya. Belaian jari tangan wanita ini pada pipinya, tengkuknya, dadanya.
Balasan ciumannya begitu lembut dan mesra dan ia merasakan cinta kasih yang murni di balik kemesraan ini, membuat ia terharu sekali dan ketika ia mengangkat muka memandang wajah yang cantik itu, kedua mata Suma Hoat menjadi basah.
Juga ia melihat Kim Hwa menitikkan air mata yang berlinangan seperti butiran-butiran mutiara, namun mulut yang merah dan panas itu tersenyum, malu-malu dan mesra.
Dua pasang mata berpandangan, bertanya-tanya dan saling menjawab. Namun, Suma Hoat masih tidak berani meyakinkan hatinya, maka ia berbisik lirih dekat telinga Kim Hwa.
“Moi-moi…. bolehkah….? Benarkah ini….? Ahhh, betapa ingin hatiku untuk memilikimu, menjadikan engkau milikku, lahir batin, hati dan tubuhmu….
Akan tetapi… engkau seorang gadis terhormat…. bahkan calon isteri orang lain…. ahh, Moi-moi, katakanlah, betapa besar pun….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader