BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Cinta – ku, betapa besar pun hasrat hatiku memilikimu sehingga kalau tidak terpenuhi aku akan mati merana, namun aku rela mati daripada memaksamu, daripada menyusahkanmu…. Moi-moi, jawablah, bolehkah aku….?”
Suara Suma Hoat mengandung isak, bercampur rintihan hatinya dan dua titik air mata membasahi pipinya. Kim Hwa tersenyum.
Senyum penuh pengertian yang hanya dimiliki seorang wanita yang mencinta, senyum yang hanya dimiliki seorang ibu terhadap anaknya, walaupun air matanya sendiri menetes-netes.
Kemudian dara itu mengangkat kedua tangannya, mengusap dua titik air mata dari pipi Suma Hoat, kemudian kedua lengan itu merangkul leher, mulutnya berbisik lirih sekali.
“Suma-koko…., aku…. aku rela menyerahkan jiwa ragaku kepadamu…. biarlah aku menikmati kebahagiaan sehari ini bersama orang yang kucinta sepenuh hatiku…. sebelum aku memasuki neraka bersama laki-laki pilihan orang tuaku…. Koko…. cintailah aku…. aku menyerah, serela-relanya demi Tuhan….!”
“Moi-moi…!” Suma Hoat memeluk dan mendekap, kemesraan hatinya meluap. “Koko….!” Kim Hwa terengah menjerit dan merintih, rintih kebahagiaan yang selama hidupnya takkan terlupa oleh Suma Hoat.
Dengan penuh kemesraan, dengan nafsu yang terkendalikan oleh cinta murni, dengan pandang mata penuh kagum dan hormat, dengan landasan hati ingin saling membahagiakan orang yang dicintanya.
Dua orang muda itu berkangen asmara, berenang di lautan cinta yang memabokkan, dibuai dan dipermainkan gelombang-gelombang getaran hati dan perasaan.
Sehari semalam mereka lupa diri, yang teringat hanyalah orang yang dicintanya, yang tak pernah terpisah sekejap mata pun.
Saling mencurahkan perasaan kasih sayang semesra mungkin, dan dalam keadaan seperti itu, bagi mereka berdua yang ada hanyalah cinta kasih di antara mereka.
Kalau sudah saling mencinta, kalau dunia ini terasa kosong dan yang ada hanya mereka berdua, kalau bagi mereka tidak ada urusan lain di dunia ini kecuali peluapan asmara, apalagikah yang dapat mereka ingat?
Sungguh patut dikasihani kedua orang muda ini. Semenjak kecil, Suma Hoat melihat betapa ayahnya mengumpulkan wanita-wanita cantik.
Betapa ayahnya selalu mengejar kesenangan dengan selir-selirnya yang muda-muda dan cantik-cantik, seringkali bahkan dia tanpa sengaja menyaksikan ayahnya bermesra-mesraan dengan beberapa orang selir di dalam taman atau di dalam kamar.
Sifat ayahnya yang gila bercinta dengan selir-selir muda ini tanpa disadari membentuk watak di dalam jiwanya, watak seorang pria yang haus akan cinta.
Sebagai putera bangsawan yang tampan dan kaya, banyaklah wanita yang menggodanya dan semenjak berusia enam belas tahun, Suma Hoat sudah mencari-cari dan, mengejar-ngejar cinta.
Namun, apa yang didapatnya di dalam tubuh dan hati wanita-wanita cantik yang penuh gairah menyusup ke dalam pelukannya? Cinta palsu belaka!
Cinta harta dan cinta nafsu. Wanita-wanita itu sudah tidak mengenal cinta murni lagi, cinta yang membuat seseorang tak ingin lagi berpisah, ingin hidup bersama selamanya, menempuh hidup berdua.
Suka sama dinikmati, duka sama diderita! Kini, bertemu dengan Kim Hwa, dia menemukan cinta kasih yang murni, maka tidaklah mengherankan apabila dia terpesona dan lupa diri, lupa segala! Yang….BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader