BEBASBARU.ID, MAHAKARYA-CERBUNG – Pagi itu mereka berdua berlatih di waktu matahari mulai naik tinggi, duduk bersila dan melatih sin-kang menerima cahaya matahari. Saat tepat untuk ucapkan perpisahan.
Dan membiarkan sinar matahari yang mengandung inti hawa panas yang menjadi sumber segala hawa panas itu meresap ke dalam tubuh mereka.
Setelah mereka menghentikan latihan mereka dan tubuh mereka basah oleh peluh, mereka mengaso di bawah pohon yang teduh sambli menghapus peluh.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Siauw Bwee untuk mengutarakan keinginan hatinya untuk ucapkan kalimat perpisahan. “Yu-twako, kurasa kita sudah cukup memahami cara melatih diri dengan Jit-goat-sin-kang.
Kini yang penting hanya tinggal melatih diri yang dapat kita lakukan di manapun juga. Sudah terlalu lama kita tinggal di tempat ini.”
Yu Goan menoleh dan memandang dara itu dengan matanya yang lembut. Kemudian ia berkata,
“Ucapanmu benar, Lihiap….” “Aihh, sudah berapa kali aku minta agar engkau tidak menyebutku dengan lihiap, Twako. Bukankah sejak lama aku menyebutmu Twako?”
“Terima kasih, ….eh, Bwee-moi. Sesungguhnya engkau baik sekali dan aku merasa amat beruntung diperbolehkan menyebutmu adik.
Akan tetapi, engkau adalah seorang pendeker wanita yang tiada keduanya di dunia ini, den aku…. aku merasa terlalu rendah untuk menyebutmu adik.”
“Omongan apakah ini? Aku hanya seorang manusia biasa, Twako. Kalau kau tidak menyebutku adik, aku tidak mau menjawabnya.”
“Baiklah, Bwee-moi. Maafkan aku. Apa yang kaukatakan tadi benar bahwa kita sudah memaharni Jit-goat-sin-kang dan sudah terlalu lama tinggal di sini mengganggu ayah angkat kita.
Akan tetapi…., kita akan pergi ke manakah?” Inilah yang berat bagi Siauw Bwee dan semua tadi ia ucapkan hanya untuk dipergunakan sebagai alasan belaka.
Maksudnya hanya untuk mencari jalan agar ia dapat memisahkan diri dari pemuda ini. “Aku akan melakukan perjalananku mencari suci dan suheng, Twako.
Kita berpisah di sini, aku melanjutkan perjalanan dan engkau pun melanjutkan perjalananmu sendiri.”
Dengan hati perih Siauw Bwee melihat betapa wajah yang tampan itu menjadi pucat, mata itu memandangnya dengan sinar mata penuh permohonan, agar tak ada perpisahan.
“Bwee-moi…., mengapa…. mengapa kita harus saling berpisah? Bukankah kita dapat melakukan perjalanan bersama?
Aku akan membantumu mencari suheng dan sucimu sampai engkau dapat bertemu dengan mereka!” Siauw Bwee menggeleng kepalanya.
“Twako, engkau baik sekali dan percayalah bahwa aku selamanya tidak akan melupakan engkau sebagai seorang sahabat yang paling baik.
Bahkan sebagai saudara angkat karena setelah kita berdua menjadi anak-anak angkat Ouw-pangcu, kita pun menjadi saudara angkat.
Akan tetapi, tidak baik kalau kita melakukan perjalanan bersama, apalagi aku tidak ingin menyusahkanmu.
Urusan pribadiku masih amat banyak, dan engkau sendiri tentu mempunyai urusan pribadi. Biarlah kita berpisah di sini dan tentu kelak kita masih akan dapat saling berjumpa kembali.”
Yu Goan menggunakan kedua tangan menutupi mukanya untuk menyembunyikan kedukaan yang membayang di wajahnya. “Ah…..BERSAMBUNG
SUMBER: Microsoft reader